Saturday, 5 March 2016

KR : Cici KimHong dan Anjing Lala

Assalamualaikum wr wb.

PR? Sebuah judul yang aneh. Tapi ini terbersit baru kemarin  malam. Bahwa KR adalah sebuah tulisan berdasarkan pengalamanku di Klinik dalam  menghadapi owner dan hewan kesayangan mereka, adalah KR merupakan singkatan Kisah Rida. Aneh gak sih? Enggak dong yaa pastinya. Huehue
Cici Kimhong, Lala dan dokter yang belum mandi :3
Begini mulai ceritanya.. 

Kemarin (Jum'at, 04 Maret 2016) kebetulan rekan praktekku yang bernama Pak Osep sakit. Jadwal beliau yang seharusnya sampai jam  21.00 akhirnya kuputuskan untuk meminta beliau pulang habis magrib. Sehingga jadwal untuk ja m 19.00 - 21.00 adalah tanggung jawabku. Setelah berbuka puasa, mandi, dan magriban, aku duduk santai di rumah (re : lantai 2; sedangkan lt.1 adalah klinik House of Pet Medan), 10 menit sebelum adzan Isya, Anggi, paramedisku  memanggil bahwa ada klien. Setelah selesai memberikan pengobatan dan mulai menyadari bahwa target omset klinik sudah selesai aku bilang aja ke Anggi, Nggi kita tutup yok. Ayok, katanya senang. Jam menunjukkan waktu sekitar 20:20 WIB.

lagi tiduran, Pak Fran, satpam rumah naik ke atas dan dengan suara khasnya mengatakan, "Buk Rida, ada pasien langganan, boleh Buk?", Ku lirik jam  sekitar pukul 20;40, gak tega juga aku kan, "yaudah dek pak aku turun, tapi tunggu 10 menit ya pak, saya Isya dulu". "Siap buk," katanya. Setelah Isya, aku pun turun, ternyata pasien langganan belum sampai juga. Males nunggu dibawah, aku  meminta satpa m  mem anggilku setelah pasien datang. 

10 menit kemudian, datanglah seorang cici Cina yang sudah tua dan wanita membawa anjing Mini Pintcher yang bernama Lala dengan perut dalam keadaan membesar dan lem as tak berdaya. ternyata si Lala yang sudah berusia 9 tahun melahirkan 3 ekor anaknya secara normal pad ajam  15.00. Kulirik jam , wah sudah 30 jam  berlalu.Tak mau membuang waktu, segera kupasang infus dan kusuntikkan hormon (*untuk  membantu rahim berkontraksi) dan energi yang berbentuk ATP. Setelah  menggunakan glove yang dilumuri gel USG, kumasukkan tanganku ke dalam vaginanya. Dan tak kusangka, aku bisa memegang tangannya. Aku dan Cici Kimhong pun bekerjasama untuk  mengeluarkan bayinya. Cici Kimhong  mengelus perut dan kepala Lala, sedangkan aku  mencoba membantu mengeluarkan langsung dari vaginanya.  memang setelah disuntikkan hormon, si Lala ada kekuatan untuk  mengejan. Setelah hampir sejam Lala mengejan, aku menyerah, karena tak mungkin aku menarik paksa bayinya. Aku kan punya hati nurani juga. :(

Sejenak terfikir untuk melakukan episiotomi karena si bayi bisa keluar tangannya jika Lala mengejan. Aku utarakan dua pilihan kepada Cici dan wanita muda, pun mengatakan bahwa tindakan menggunting sedikit vaginanya tak  menjadi jaminan anaknya keluar (*aku bahkan tak yakin, emang bisa ya? entahlah), Pilihan kedua adalah caesar atau angkat rahim sekalian dengan resiko terburuk meninggal (*aku selalu menjelaskan the bad risk ini ke klien jika  melakukan tindakan yang  menggunakan obat bius, meniru apa yang aku dapatkan dari salah satu guruku). Cici Kimhong tentu saja menolak pada awalnya. Setelah aku jelaskan kepada wanita muda bahwa aku pasti melakukan hal yang terbaik dan tak mungkin aku  membunuhnya serta  mengatakan bahwa nyawa adalah kehendak  mutlak Tuhan, wanita muda mengerti. Bahkan aku tambahkan kalau cici tidak percaya, silahkan bawa ke dokter lain juga gakpapa. Wanita  muda pun menterjemahkan apa yang aku katakan kepada cici Kimhong dengan bahasa Cina. Cici KimHong akhirnya mengerti dan merelakan Lala untuk dioperasi. ku minta pada cici agar membantu dengan doa.

Persiapan operasi dan tindakan pembiusan memakan waktu kurang lebih 25 menit, lalu jadilah kisahnya berjudul Operasi Ovariohisterektomi pada Anjing dengan kasus mummifikasi fetus. lama operasi sekitar 1.5 jam. Alhamdulillah si Lala hebat. Dia bertahan. Aku yang memiliki pengalaman buruk (*pada kasus yang sama, dimana selesai operasi jam 22.30 dan langsung dibawa pulang lalu meninggal pukul 01.00) berkeras menahan Lala agar tidak dibawa pulang malam ini juga. Dan cici Kimhong yang tak tega meninggalkan Lala sendirian akhirnya memutuskan untuk tidur di klinik. Oh Allah.
Kesetiaan Cici yang terekam CCTV 

Kuingatkan satpam agar siaga memberikan minum si Lala tepat pukul jam 03.30 / 04.00. Karena tidur jam 01.00, alarmku tak berdaya. Jadilah aku shubuh jam 06:52. Ampuni Adawiyah Rabbi..

melihat cici setia duduk di kursi panjang yang kami sediakan, aku bergegas turun sekalian untuk meracik obat yg dibawa pulang. Aku sempatkan mengobrol dengan Cici. Cici Kimhong sudah berusia 74 tahun, aku sempat kaget karena dia terlihat sehat. Ternyata Cici menderita DM sampai pada tahap mensuntikkan sendiri insulin di tubuhnya. Mulailah percakapan kami,
A : "Cici dirumah sama siapa?" ; C :"saya hidup sendiri, temanku hanyalah anjing ini"
A : "pantas cici sayang banget sama lala ya ci," ; C : "iya loh, ini anjing baik banget, dipanggil sekali langsung datang kalau sedang senang, kalau dia kesel, saya panggil 10 x pun dia gka mau datang loh, dia juga yang kasih tau saya kalau ada orang asing datang"
A : "Kok hidup sendiri ci?suami cici mana?"; C : "aku janda sejak umur 42 tahun, anakku 8 loh, 2 sudah meninggal karena kebanyakan isap rokok, sekarang udah pada dirumah snediri, tiap hari cucuku datang loh kasih makanan, jadi aku gak perlu masak"
A : "waaah, alhamdulillah yaa ci, anak2 Cici pada peduli, terus biaya operasi ini darimana ci?"
C : "dari naka2ku loh, tadi malam aku sembahyang pekong berdoa biar Lala selamat"
A : "iya Ci, saya juga berdoa sama Allah biar Lala bertahan, coba tebak usia saya berapa ci"
C : "30 tahun?" A : "Ya Allah Ciiiii (Histeris langsung) emang mukaku tua?"
C : "ehmm. 40 tahun?" ---------- UNTUNG AKU GAK KEJANG!!!LALU MENYERAH. aku bilang deh aku baru 25 tahun  nanti Juli Ci.. (*dalam hati pengen nangis)
C : "maaf loh saya gak bisa nebak umur, saya kira kalau udah bisa operasi gitu, harus sekolah sampai umur 30 tahun"
A : {ketawa miris}, Ciicciii, aku baruu 24 tahun loh

Akhirnya setelah wanita muda yang belakangan ku tau adalah tetangganya yang super baik, dan aku selesai meracik obat serta membekali dengan beberapa wejangan terkait pemberian obat dan penggunaan salep, cici pun pulang dengan damai menumpang becak bermotor. Tak berapa lama aku naik dan memutuskan tidur serta titip pesan agar klinik buka lagi jam 12.20 WIB

Cici sumringah, Lala, walau masih lemah kuyakin dia jauh lebih lega dibandingkan kemarin malam. Perjuangan seorang Ibu memang tak gampang. Cici Kimhong yang menjadi janda sejak umur 42 tahun dimana harus membesarkan anak seorang diri dan perjuangan Lala menyambung nyawa untuk mengeluarkan anaknya yang ke4 menjadi pelajaran hebat untukku. Ibu memang sosok tak terganti.

Aku ingat, di shubuhku yang telat aku berdoa dan berterimakasih kepada Sang Sumber Ilmu. Terima Kasih Allah sudah mengizinkan Rabiyatul Adawiyah merasakan bahagianya menjadi manusia bermanfaat. Dan hamba berlindung kepadaMu dari sifat sombongnya orang berilmu.. 

No comments:

Post a Comment