Tuesday, 28 October 2014

Way Kambas, (katanya) Afrika Lampung

Assalamualaikum wr wb

Halo, apa kabar ? semoga aku dan kau sehat selalu ya.

Tulisan kali ini pengen sedikit share tentang pesona Lampung yang sempat aku nikmati. Berhubung kali ini, kelompok koas ku memilih Lampung sebagai tempat menimba ilmu Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) & Administrasi Dinas (Kodin), maka bersama 6 orang temanku kami pun tinggal selama 1 bulan di Lampung. Ya, Entah sejak kapan tertanam di benak mayoritas mahasiswa koas FKH UGM bahwa Kodin identik dengan koas liburan. Selama Kodin, kami mendapat jatah libur pada hari Sabtu & Minggu. Tetapi, pada minggu pertama kami gak libur karena bertepatan dengan hari raya idul adha , sehingga kami pun turut serta membantu terwujudnya salah satu motto mulia dokter hewan, mensejahterakan manusia melalui kesehatan hewan dengan cara memeriksa kesehatan daging Qurban sebelum didistribusikan kepada masyarakat.

Praktis, jatah libur pun tinggal 2 kali kesempatan, karena kami sudah sepakat untuk balik ke Jogja pada hari Jumat sore minggu ke4. Bagaimana cara kami menikmati Lampung? Setelah berdiskusi, akhirnya diputuskanlah Taman Nasional Way Kambas sebagai tujuan pertama untuk menikmati Lampung.


wohoooooo! 


Taman Nasional Way Kambas ternyata cukup jauh dari kota bandar lampung. jarak TNWK & Bandar Lampung sekitar 110 km kami tempuh menggunakan mobil pribadi sekitar 3 jam. Beberapa km sebelum memasuki gerbang TNWK, kami singgah untuk mengisi perut di salah satu rm padang didaerah pasar -akulupanamanya-. Cukup bahagia mendapatkan seporsi ikan Patin yang sedap dengan harga 12000. Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan. Jalan masuk setelah pintu gerbang cukup jelek sehingga disarankan untuk lebih berhati2. Sepanjang perjalanan dipenuhi dengan kawasan hutan daerah taman nasional. Dengan tarif retribusi 30000 untuk 1 mobil, kami pun masuk ke inti dari TNWK. Aku cukup excited. Haha. Berhubung udara cukup panas dan aku ingin gaya sedikit, dengan pede aku minta ke seorang ibu2 penjual topi dan boneka agar berkenan menyewakan topi dagangannya kepadaku. Aku berhasil! Dengan riang, aku pun pake topi sewaan seharga 5000 untuk mulai memilih gajah kece yang hendak ku naiki.

Di TNWK disediakan berbagai pilihan untuk menaiki gajah. Untuk sekedar berputar2 hanya Rp.10.000 - 15.000, trekking selama 30 menit Rp.75000, sedangkan trekking selama 1 jam Rp.150000. Tanpa fikir panjang, aku pun memilih untuk trekking 1 jam. Kapan lagi aku merasakan sensasi eksplor Taman Nasional dengan menaiki gajah? Lagian, aku juga gak tau lagi kapan ada kesempatan main di Lampung.
Gajah yang aku naiki bernama Bambang Haryono. Populasi gajah di TNWK cukup banyak sekitar ratusan -akulupaberapatepatnya-. Dan si Haryono ini sudah setia menjadi penghuni TNWK bahkan sejak sebelum aku lahir, sekita tahun 1988. Menurut si bapak guide, si gajah ku ini dilahirkan tepat sewaktu bapak mentri yang bernama  Bambang Haryono datang berkunjung. Sehingga nama beliau diabadikan menjadi salah satu penguni TNWK. Trekking dengan si bambang cukup mengasikkan, bertiga dengan guide, kami pun menyusuri dan menikmati pesona alam TNWK, alamnya sedikit kurang bagus karena sempat terjadi kebakaran hutan. Bahkan dari kejauhan, sempat ku lihat kumpulan asap. Waktu ku tanya, siapa pelaku kebakaran, bapak guidenya juga mengatakan tidak tahu, tapi kemungkinan besar disebabkan oleh warga sekitar sendiri. Aku pun tak mengerti dan cukup menyayangkan tindakan konyol mereka.
udah mirip di Afrika? x))

Waktu makan para gajah di TNWK adalah di waktu pagi dan sore hari. Para guide sekaligus merangkap sebagai perawat gajah dengan setia melakukan tugas mereka. Setelah diberi makan, biasanya para gajah dibiarkan berkelana di daerah TNWK. Biasanya seorang guide bertanggung jawab terhadap beberapa ekor kumpulan gajah. Sewaktu aku trekking, sempat juga aku lihat beberapa orang guide sedang memandikan sekitar 5 ekor gajah. Cukup menarik! x)

Setelah puas trekking dan kakiku sudah cukup merasa pegel, aku tanya temanku pada nunggu dimana. Ternyata mereka sudah berkumpul di area pertunjukan. Dengan membayar Rp.10000, pengunjung cukup terhibur dengan aksi2 cerdas yang dilakukan para gajah seperti menjawab pertanyaan matematika sederhana, berjoget dangdut, memberi hormat kepada pengunjung,dll. Pertunjukan gajah berlangsung sekitar 1 jam. Setelah puas, kami pun keluar dari arena dan ternyata berdiir sebuah rumah sakit khusus gajah yang katanya merupakan terbesar di Asia Tenggara. Sayangnya, rumah sakit tersebut belum beroperasi. Semoga segera ya ;).
parade sirkus, aku & Haryono :D

Setelah menonton pertunjukan gajah, aku menyempatkan diri untuk berbelanja souvenir di kawasan TNWK, Harganya cukup terjangkau untuk kawasan wisata. Kaos khas TNWK dengan kualitas oke bisa didapatkan dengan harga Rp.35000 - Rp. 40000, boneka gajah kecil aneka warna seharga 17500.  Cukup murah kan? x)).

Ketika kami dalam perjalanan pulang, matahari dengan bangganya memamerkan kesempurnaan tenggelamnya. Cukup bagus. Sayang nya kamera terbagus kami adalah mata sehingga tidak sempat untuk memamerkannya pada kalian. Jika punya hobi potografi, moment gajah pada saat sunset aku rasa cukup keren untuk diabadikan. 

Salam #Selfie dariku dan Haryono x))


No comments:

Post a Comment