Wednesday 30 July 2014

Rumah itu Bernama Friwen



Assalamualaikum warahmatullah hi wabarakatuh 

Apa kabar? Aku dan kau sehat selalu yaa

Di tulisan sebelumnya aku pernah cerita kalau tim KKNku yang terdiri dari 7 orang cewek dan 16 orang cowok bertempat di pulau Friwen. Pulau Friwen ini lokasinya tidak terlalu jauh dari Waisai, Ibukota kabupaten raja ampat. Cukup sekitar 45 menit – 1 jam dengan menerjang ombak lautan timur yang tak perlu dipertanyakan kesohorannya. 
Pemandangan seperti ini bakalan dilihat selama 2 bulan. :)
 Setelah 3 hari menetap di Waisai, kami pun upacara penyambutan di kantor pemda Raja Ampat. Ada sekitar 5 tim yang KKN di Raja Ampat, tapi tim Misool yang lokasinya terjauh tidak mengikuti upacara tersebut. Jadi, yang ikut upacara adalah tim Friwen, tim Yenbeser, tim Manjaipun dan tim MeosManggarai. 


di kantor pemda Raja Ampat
TIM KKN UGM PPB 04 sampai di pulau Friwen pada tanggal 14 Juli 2014 jam 16.00 WIT. Begitu sampai di pulau kecil ini, mata ku langsung takjub melihat hamparan pasir putih nan lembut dipeluk oleh lautan yang dengan indahnya berwarna biru kehijaun. Tak hanya itu, begitu mata melihat ke bawah, ribuan kelompok ikan menari dengan lincahnya. Subhanallah.. 
ini pemandangan dari dermaga. dan no filter loh :D
Kelompokku naik dua kapal perahu yang bermuatan 15 org dan perahu kecil yang diisi oleh 4 orang dan setumpuk tas 23 orang. Kedatangan kami disambut oleh bapak kepala kampung dan keluarganya. Keramahan khas warga timur membuat kami tak merasa kesulitan untuk langsung beradaptasi dengan mereka. Kami diberikan 2 rumah untuk tinggal selama 2 bulan. Yang cowok bersama setumpuk barang logistik tinggal di rumah PKK sedangkan yang cewek tinggal di rumah Bu Guru yang kebetulan tinggal sendiri karena keluarganya tinggal di Ambon. 

Ini rumah PKK yang jadi basecamp
 Malam hari, kami pun langsung sosialisasi terkait maksud dan tujuan kami tinggal disini selama 2 bulan. Alhamdulillah, warga yang datang cukup banyak plus antusiasme mereka yang tinggi membuat kami bahagia. Doakan yaa agar kami bisa berkontribusi secara maksimal kepada mereka. 
sosialisasi kepada warga setempat
Mayoritas penduduk pulau Friwen bekerja sebagai nelayan. Pesona Raja Ampat yang tak perlu dipertanyakan seolah memberikan kontribusi dan peluang pariwisata yang besar, membuat sebagian warga Friwen bertindak sebagai peilik homestay lokal di pulau-pulau kecil yang tersebar di sekitar Friwen. Untuk pendidikan, beberapa anak-anak memilih melanjutkan sekolah di Waisai karena di pulau ini hanya terdapat 1 Sekolah Dasar. SD Negri 04 Friwen yang memiliki hanya 3 ruangan dimana murid per kelas tidak lebih dari 6 orang. SD Negri 04 Friwen hanya memiliki 2 orang guru dan 1 kepala sekolah. Selama dua bulan ini, tim KKNku bertindak sebagai guru. Yang membuat miris adalah rendahnya tingkat kemampuan baca tulis mereka. Bahkan ada seorang anak kelas 6 SD yang belum mengenal abjad secara sempurna. Ini tantangan untuk kami. 
Suasana kerja bakti untuk SD N 04 Friwen
 
temanku mendadak jadi guru.

Pulau ini termasuk pulau kecil karena hanya terdapat 37 rumah dan 6 rumah diantaranya kosong tak berpenghuni. Lokasinya memaksa perahu sebagai mode transportasi utama. Dimana bensinnya cukup mahal sekitar 15.000/liter. Sedangkan ke pulau terdekat, bensin yang dibutuhkan sekitar 10 liter pp, untuk ke Waisai sendiri membutuhkan 40 liter buat PP. Bisa dibayangkan betapa mahalnya transportasi di pulau ini. Selain itu, pulau ini belum mendapat pasokan listrik, sehingga genset mau tak mau menjelma menjadi pemasok utama. Tapi di beberapa rumah, penerangan masih menggunakan lilin. Yang membuat bahagia adalah, keberadaan air tawar yang mudah untuk didapatkan. Kemudian MCK umum pun fasilitasnya sudah oke punya. Hanya, untuk mencuci baju kami harus menimba. Sehingga keperluan mandiku dua kali sehari dan mencuci pun tak perlu dipertanyakan. Bahagianya aku. Haha. 

Untuk keperluan komunikasi, sinyal telkomsel yang menjangkau seluruh pelosok nusantara tak perlu diragukan. Bahkan hebatnya, di pantai belakang, sudahlah pemandangannya bagus dan sinyalnya tak tanggung – tanggung, langsung H+. Salah satu teman kknku, Priyo yang menemukan spot unik tersebut dengan bangganya dia menceritakan, kita punya warnet! . maka setelah program selesai atau lagi pada bengong. Kami pun nongkrong di warnet demi eksistensi PPB04. 
ini spot warnet Friwen! sinyal oke pemandangan oke. Jadi? :D
Alhamdulillah. Bahagia sekali punya Friwen sebagai rumah kedua kami. :D

2 comments:

  1. salam buat bapa-mama kampung, pace-mace dikampung Friwen n Yenbeser,
    Sampeyan beruntung mbak bs ke R4 ditahun skrng, cb kl yg KKN taun 2009an. tentu g sebahagia skrg dengan keterbatsan no signal,no listrik,dan daerah WaiSel tu lbh maju drpd WaiTim,Mailibit, alangkah baiknya KKN berikutnya diluar Waisel.
    Kl masalah pendidikan di pulau ya kyk gitu, tp itu lbh baik di Yensner dulu hanya ada 1 guru Honorer urus 1 SD. Kepripun mbak siap lanjutin KKN jd Guru PTT/Murni pengabdian di R4?HEHEHEH

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mas Budi. Iyaaaaa. alhamdulillah, beruntung sekali. hihi. Loh. mas juga dulu KKN di Papua kah? atau di Raja ampat? soalnya setau saya di Friwen dan Yenbeser baru pertama kali menerima mahasiswa KKN. hehe. Aduuh mas, belum siap. haha. Ibunda tercinta sudah mendesak untuk balik kampung. Jadinya mengabdi di kampung sendiri dulu aja. hehehe

      Delete