Saturday, 11 January 2014

Jogja Jakarta Jakarta Jogja dalam 1 7 jam (2)


Assalamualaikum warahmatullah hi wabarakatuh, ini lanjutan yang kemarin, :D
Turun di halte monas.. 

Aku pun mengincar orang yang bakalan aku tanya gimana cara ke monas dari haltenya. Aku memilih sekelompok anak yang terdiri dari 2 cewek jilbaban dan 1 orang cowok yang agak kemayu. Kebetulan yang bagus, mereka berencana naik Monas. Aku pun tanpa ragu bergabung dengan grup mereka. Langit Jakarta siang itu cerah secerah hatiku. 

tugu Monas :D

Kali ini, impian mau naik ke monas gagal. Hanya diizinkan sampai pukul 15.00 sedangkan kami sampai di gerbang monas 15.15. selalu begini. Oke. Tak mau menyesali terlalu lama, teman2 baruku memutuskan untuk melanjutkan ke kota tua. Lalu aku konfirm lagi pertanyaanku, kereta ku berangkat jam 18.30 dari Senen, apakah aku bisa ikut kalian? Dengan yakin, si Yuda menjawab, bisa dong kak, toh ini masih belum jam 16.00. lalu, karena aku yang sudah berkali-kali ke jakarta tapi selalu mendem di kamar hotel karena bareng si BuyadanUmik melihat ini merupakan penawaran yang bagus! Toh aku belum pernah ke kota tua dan aku sudah lama ingin kesana.

Dengan menikmati TransJakarta kami pun menuju kota Tua, dari halte Monas tanya aja ke mas-mas kondekturnya, nanti dia akan ngarahin, kami turun di halte Kota. Lalu turun ke bawah menuju stasiun Kota. Dan ternyata menurutku bagus! Haha. Stasiunnya oke punya. Tapi sayangnya keretaku, Senja Utama Yogya tidak melalui stasiun Kota, jadi mau gak mau kudu kembali ke St.Senen. si Yuda yang mendadak menjadi guide mengajak kami ber tiga (Aku, Sity dan Tika) untuk berjalan menuju kota tua. Sebelum masuk ke Kota Tua, kami foto di depan Bank Indonesia pake hp si Sity karena tak ada satupun yang bawa kamera, sedangkan hpku sudah kritis. Dan lagi – lagi, museum BI yang dari dulu aku ingin masuk kesana sudah tutup. Kami pun berjalan ke arah kota tua, dan wuhaaaaa! Aku kaget, ternyataaa bagus!!aku suka, dengan dominasi bangunan tua nan bersejarah, tata letak bangunannya juga cukup bagus. Ah tak sia-sia aku kesini kataku sambil cengar – cengir. 

Suasana Kota Tua

Jam sudah menunjukkan pukul 17.30, aku lalu memutuskan untuk segera cabut ke Senen, berhubung trio indramayu tersebut masih ingin menikmati KotaTua, maka aku dianter si Yuda buat cari angkot yang langsung ke Senen. Setelah duduk manis di Angkot, aku kembali dihadang macetnya ibukota, membuat kepanikan melonjak karena takut ketinggalan kereta, dan si bapak surpirnya ragu apakah bisa sampe sebelum jam 18.30 ke Senen plus ditambah penyesalan dari ibu-ibu penumpang kenapa aku terlalu sore menuju ke Senen sudah cukup menjadi alasan kenaikan adrenalin tubuhku. Tanpa ragu aku minta kepada si pak supir, ak, tolong saya diturunkan saja ketika ada ojek. Si bapaknya setuju. Lalu aku turun dan naik ojek. Macet menjadi peguji sejati seorang ojek kelas ibukota. Sepanjang jalan aku zikir dan memohon kepada Sang Pemilik Waktu, ya Rabb bantu hamba agar sampe di Senen tepat waktu, ya Rabb hamba sudah capek ditinggal pesawat, mohon jangan Engkau tinggalkan hamba dengan kereta ini, doa favorit selama duduk di bonceng si abang ojek. Jarak Kota – Senen lumayan jauh ditambah dengan kemacetan yang seolah menjadi rutinitas jakarta dengan sukses menambah jaraknya. Adzan magrib berkumandang, dengan bekal semangka aku pun buka puasa. Nikmat, cemas, gelisah dan rasa penuh harap menjadi teman setia sore itu. Dan super Alhamdulillah, kebaikan Sang Maha ditambah kemampuan si abang ojek yang tak perlu dipertanyakan menjadi suksesnya aku duduk di bangku 16D kereta senja utama yogya. Dalam sehari ini, ketiga doa ku dikabulkan! Memang hanya orang sakit jiwa lah yang meremehkan ThePowerOfPrayer! :")

Di kereta, teman sebangku ku adalah seorang bapak asli Purwokerto, beliau kerja di Jakarta. Sebelum kami mengobrol lebih jauh, saya dengan cuek menitipkan tas buat ditinggal ke kamar mandi, lalu permisi untuk shalat sebentar untuk jama’ ta’dim qashar Isya dan Magrib. Setelah selesai, kami banyak mengobrol. Berbagi pengalaman adalah hal yang aku suka jika bepergian menggunakan kereta atau bis. Sesuatu yang jarang aku lakukan ketika bepergian menggunakan besi terbang. 
Sampai lah aku di stasiun Tugu Jogja jam 03.30. daripada shubuhku kesiangan, mending aku langsung ke Toilet, bersih-bersih lalu ke mushala stasiun. Alhamdulillah. Kali pertama aku tahajud di stasiun, pengalaman yang lumayan oke, haha. Selesai shubuhan dan tilawahan menyelesaikan AlKahf, rasa kantuk menyerangku, berhubung gak diizinkan tidur di mushala, aku memilih tidur di bangku – bangku panjang stasiun. Dengan bantal leher dan penutup mata pink yang selalu setia, tidur di bangku kayu stasiun memberikan kenikmatan tersendiri. 
damainya pagi di st.Tugu Jogja
Jam 06.00 aku bangun, matahari sudah memamerkan teriknya yang indah. Sejenak aku tertegun. Ada damai yang memeluk stasiun tugu Jogja. Rasanya syahdu. Radio di telinga membuatku bersemangat merasakan suasana damai tersebut. Dengan ringan ku langkahkan kaki menuju halte transJogja di Malioboro. Aku tersenyum melihat plongnya jalan Malioboro setelah kesibukan kemarin malam, lalu melihat pasangan turis yang belakangan ku tau berasal dari Surabaya sibuk mengabadikan moment di plang jalan Malioboro yang seolah menjelma menjadi kunci Jogja. Tanpa ragu, ku tawarkan bantuan untuk mengambil poto mereka berdua. Setelah selesai, ku dapatkan doa yang tulus yang diucapkan dengan nada riang. Ah, indah sekali pagiku di Jumat berkah ini. 
Jogjakarta berhati Nyaman :)
Maka, dengan sukses kulakukan Jogja Jakarta Jakarta Jogja dalam 17 jam, solojilbabtraveler dengan segala kenikamatannya. Ini yang aku cinta dari suatu perjalanan. Bertambahnya saudara dan pengalaman, kenikmatan suasana pagi yang damai, doa yang tulus dari turis. Dan memang bukan tujuan akhir yang menjadi inti dari suatu perjalanan tapi bagimana caramu menikmati setiap proses yang ada. Maka salah satu doa yang selalu kupanjatkan untuk lelaki yang ditakdirkan menjadi teman hidupku adalah, lelaki yang amat mencintaiMu wahai Rabbku, lelaki yang mencintaiku karenaMu, bertanggung jawab, shaleh, bisa membawa keluarganya menuju ridhaMu dan hobi travelling. Bukankah manusia paling mulia sudah menganjurkan agar kita berjalan di bumi ini untuk melihat kesempurnaan lukisanNya? :)

fyi : ratusan jepretan yang ada di kamera Sity gagal untuk di simpan karena anaknya baru sadar, hpnya lupa dimasukin mmc. Huf. -__-

2 comments:

  1. Lain kali kalau ke jakarta kasih tau yaaa...
    Ntar diajakin wisata museum deh..
    MUseum BI keren dengan kemegahannya dan Museum Gajah putih pny etnografi Indonesia yg lengkap dan bisa liat prasasti2 yang dulunya cuma ada di buku sejarah..
    Tapi, jangan ngajakin naik ke puncak monas ya, aku gak suka ngantri...
    Oke, ini komentar kepanjangan dan sedikit SKSD..

    But, Are you remember me? Feby, FKH IPB. pernah ketemu waktu mukernas 2010 atrau 2011 ya yang di Bogor dulu

    ReplyDelete
    Replies
    1. uwaaaaaaaa. makasihh nduuk feb! :D okeeee. duh bahagiaaaaaa/ jadi pengen cepat2 ke jakarta.
      aku lupaaa :(. tp aku yaakin kalau ketemu ingat lagi mumuuw. btw. mau dong nduk kontak kamu. :D

      Delete