Assalamualaikum warahmatullah
hi wabarakatuh.
Ternyata ini jadi
tulisan pertama di 2014. :D
“Rida, ternyata kamu
harus ke Jakarta buat ngurus visa kamu sendiri”, telpon singkat dari prof. Aris
membuatku bergerak cepat. Sendirian ke Jakarta? Awalnya aku agak ragu, tapi, tiba-tiba naluri gadis batakku berbisik dengan tegas, "katanya gadis batak, gitu aja takut, toh kau sudah ke Manado sendirian" setelah mendapat wejangan dan penguatan dari si naluri, aku pun segera meluncur www.traveloka.com buat cari tiket Jogja – Jakarta buat tanggal 19 Januari 2014. Alhamdulillah.
Tiket tidak terlalu mahal, rata – rata sekitaran 300 – 400 ribuan dengan jam
keberangkatan yang berbeda-beda. Mulai pagi sampe malam. Dengan asumsi, kantor
Australian Visa Application Centre tutup jam 16.00, maka aku maximal sampe di
kantor jam 14.00, awalnya aku ingin
pilih airasia yang berangkat pagi, tapi kudu beli bagasi minimal 15 kg untuk
penerbangan domestik (Rp. 40.000 total tiket 414 rebu belum airport tax)
membuatku memilih tiket dari sriwijaya dengan jadwal berangkat 10.30 – 11.40
(340 rebu). Bayar via atm transfer membuatku tenang. Tapi..
Malamnya, aku bbman
dengan kakak angkatan yg tinggal di jkt, aku ceritakan detailnya. Tapi ketenanganku
tiba-tiba menguap! Kak uli bilang, berdoa yaa nduk semoga pesawatmu gak delay
dan urusanmu lancar. Jedar! Kenapa aku gak memperhitungkan sedikitpun resiko
delay yang dipadu padankan dengan macetnya ibukota?! Oh My Allah! teriakku! Kalau dalam situasi seperti ini, hukumnya
haram jika mau curhat ke sang ibunda, aku yakin kepanikan beliau 2 x lipat
diatasku. Maka, semua tau, bahwa doa adalah harapan terbesar.
Doa pertamaku terkabul,
sriwijaya air ontime! Sampe SoeHatt jam 12.00, awalnya aku ingin shalat zuhur
di qada’ di ashar. Tapi, nuraniku membisikkan, hei, kau sudah ontime di jkt. Apa
susahnya meluangkan 15 menit untuk berterima kasih?. Sebelum ada bisikan
lainnya, segera aku melayangkan kaki ke Mushala bandara. Ternyata setelah aku
selesai shalat, ada rombongan yang akan berangkat ke Mekah. Aku tertegun dan
memandangi mereka.. aku rindu kota suci itu. Tanpa malu, aku meminta untuk
menyampaikan sedikit untuk pada pekerja di Mekah. Dengan ramah, ustadzah dari
rombongan tersebut memberiku amplop dan memintaku untuk menuliskan nama dan apa
yang ku mau. Untuk sejenak aku bingung dan feel blassed. Lalu ku tuliskan nama
dan pintaku, panggil aku ke kota suciMu bersama suami, BuyaUmik dan mertua
kelak..Aamiin ya Rabb..
Setelah di taxi, doa
kedua pun mulai ku lafalkan. Ya Rabb sampaikan aku di kantor AVAC sebelum jam
14.00. melihat kemacetan yang ada aku pun merubah doaku, apapun yang terjadi,
moon bantu hamba untuk bisa menyelesaikan urusan visa sebelum katornya tutup ya
Allah.. Dan, Allah maha baik! Aku duduk di kantor AVACnya untuk menunggu
giliran bahkan sebelum 14.00! doa keduaku terkabul! Dan ternyata pengurusan
berkasya tidak memakan waktu yang lama asalkan berkas kamu komplit yaa. Di tulisan
selanjutnya aku ceritakan deh. Prosedur buat ngurus student visa ke Australia.
Sendirian dengan
ditemani tas punggung, ku susuri halte TransJakarta. Aku bertekad ke St.Senen
aku kudu pake TJ. Duitku ngepas banget, haha. Lalu, the power of insting dan
tanpa malu bertanya mengantarkanku dengan mudah ke TJ yang tepat. Kalau dari
kantor AVACnya naik TJ turun di Harmony lalu sambung ke arah Senen. Dengan gembira
aku naik ke TJ yang sesak itu, lalu sebelum halte Harmony turun di halte Monas.
Tiba- tiba naluri backpackerku muncul, mumpung udah di jakarta, ayo sempatin
naik ke Monas. Gimana ntar ke Senen nya? Naluriku yang liar dengan tegas
menjawab, dipikir ntaran aja, toh masih di Indonesia dan banyak orang buat
nanya. Maka dengan tegas ku langkahkan turun di halte Monas. Lalu ? gimana
selanjutnya? Tunggu yaaa! Hahaha.
Kapan ngepost lanjutannya nduk??
ReplyDeleteIn sya Allah besok. Terima masih sudah mau mampir. :D
ReplyDelete