Friday, 10 January 2014

Jakarta Jogja Jogja Jakarta dalam 17 jam (1)


Assalamualaikum warahmatullah hi wabarakatuh. 

Ternyata ini jadi tulisan pertama di 2014. :D

“Rida, ternyata kamu harus ke Jakarta buat ngurus visa kamu sendiri”, telpon singkat dari prof. Aris membuatku bergerak cepat. Sendirian ke Jakarta? Awalnya aku agak ragu, tapi, tiba-tiba naluri gadis batakku berbisik dengan tegas, "katanya gadis batak, gitu aja takut, toh kau sudah ke Manado sendirian" setelah mendapat wejangan dan penguatan dari si naluri, aku pun segera meluncur www.traveloka.com buat cari tiket Jogja – Jakarta buat tanggal 19 Januari 2014. Alhamdulillah. Tiket tidak terlalu mahal, rata – rata sekitaran 300 – 400 ribuan dengan jam keberangkatan yang berbeda-beda. Mulai pagi sampe malam. Dengan asumsi, kantor Australian Visa Application Centre tutup jam 16.00, maka aku maximal sampe di kantor jam 14.00,  awalnya aku ingin pilih airasia yang berangkat pagi, tapi kudu beli bagasi minimal 15 kg untuk penerbangan domestik (Rp. 40.000 total tiket 414 rebu belum airport tax) membuatku memilih tiket dari sriwijaya dengan jadwal berangkat 10.30 – 11.40 (340 rebu). Bayar via atm transfer membuatku tenang. Tapi.. 

Malamnya, aku bbman dengan kakak angkatan yg tinggal di jkt, aku ceritakan detailnya. Tapi ketenanganku tiba-tiba menguap! Kak uli bilang, berdoa yaa nduk semoga pesawatmu gak delay dan urusanmu lancar. Jedar! Kenapa aku gak memperhitungkan sedikitpun resiko delay yang dipadu padankan dengan macetnya ibukota?! Oh My Allah! teriakku!  Kalau dalam situasi seperti ini, hukumnya haram jika mau curhat ke sang ibunda, aku yakin kepanikan beliau 2 x lipat diatasku. Maka, semua tau, bahwa doa adalah harapan terbesar. 

Doa pertamaku terkabul, sriwijaya air ontime! Sampe SoeHatt jam 12.00, awalnya aku ingin shalat zuhur di qada’ di ashar. Tapi, nuraniku membisikkan, hei, kau sudah ontime di jkt. Apa susahnya meluangkan 15 menit untuk berterima kasih?. Sebelum ada bisikan lainnya, segera aku melayangkan kaki ke Mushala bandara. Ternyata setelah aku selesai shalat, ada rombongan yang akan berangkat ke Mekah. Aku tertegun dan memandangi mereka.. aku rindu kota suci itu. Tanpa malu, aku meminta untuk menyampaikan sedikit untuk pada pekerja di Mekah. Dengan ramah, ustadzah dari rombongan tersebut memberiku amplop dan memintaku untuk menuliskan nama dan apa yang ku mau. Untuk sejenak aku bingung dan feel blassed. Lalu ku tuliskan nama dan pintaku, panggil aku ke kota suciMu bersama suami, BuyaUmik dan mertua kelak..Aamiin ya Rabb..

Setelah di taxi, doa kedua pun mulai ku lafalkan. Ya Rabb sampaikan aku di kantor AVAC sebelum jam 14.00. melihat kemacetan yang ada aku pun merubah doaku, apapun yang terjadi, moon bantu hamba untuk bisa menyelesaikan urusan visa sebelum katornya tutup ya Allah.. Dan, Allah maha baik! Aku duduk di kantor AVACnya untuk menunggu giliran bahkan sebelum 14.00! doa keduaku terkabul! Dan ternyata pengurusan berkasya tidak memakan waktu yang lama asalkan berkas kamu komplit yaa. Di tulisan selanjutnya aku ceritakan deh. Prosedur buat ngurus student visa ke Australia.
Sendirian dengan ditemani tas punggung, ku susuri halte TransJakarta. Aku bertekad ke St.Senen aku kudu pake TJ. Duitku ngepas banget, haha. Lalu, the power of insting dan tanpa malu bertanya mengantarkanku dengan mudah ke TJ yang tepat. Kalau dari kantor AVACnya naik TJ turun di Harmony lalu sambung ke arah Senen. Dengan gembira aku naik ke TJ yang sesak itu, lalu sebelum halte Harmony turun di halte Monas. Tiba- tiba naluri backpackerku muncul, mumpung udah di jakarta, ayo sempatin naik ke Monas. Gimana ntar ke Senen nya? Naluriku yang liar dengan tegas menjawab, dipikir ntaran aja, toh masih di Indonesia dan banyak orang buat nanya. Maka dengan tegas ku langkahkan turun di halte Monas. Lalu ? gimana selanjutnya? Tunggu yaaa! Hahaha.  

2 comments: