Apa kabar? kau dan aku sehat ya.
Berawal dari line nya teman, "Merapi yuk, sebelum cabut dari
Jogja" . Ide bagus fikirku. Walaupun sebenarnya aku juga masih setengah
semester disini, tapi kapan lagi naik gunung bareng teman yg udah mau cabut.
Namanya Uwie, kita dulu bertiga (Aku,Uwie,Kentung) ngawali karier (dusta
banget) naik gunung bareng sewaktu bertepatan dgn pengabdian masyarakat yg
diadakan oleh UKM Mapala FKH UGM di tahun 2010. Pertanyaan selanjutnya, siapa
yg mau jadi tumbal buat nemenin? Daripada bingung cari siapa, akhirnya kita
mutusin buat minta si sepo! doi teman seangkatan yg demen naik gunung dan juga
anak mapala. Dulu juga bareng aku nih bocah ke Rinjani.
Setelah proses lobi, dengan gampang dia mengiyakan buat nemenin aku &
uwie. Mantap! haha. Kebetulan ini anak udah ke Merapi 4 kali. Okay. Semakin
menguatkan. Setelah ketemu tanggal oke dan menyesuaikan dgn kesibukanku (iyek banget
--"), akhirnya dapet deh tanggal berangkat 11 Nov 2014. Gak ada yg spesial
sih, kenapa tgl ini dipilih adalah cuma karena aku selesai ujian koas dinas.
Ada yang mengganjal sebenarnya. Sekarang sedang musim hujan dan curah hujannnya
juga cukup tinggi. Entah kapan lagi datang kesempatan itu, kami akhirnya
memutuskan untuk tetap berangkat. Sehari sebelumnya, aku sudah berdoa. tentu
saja memohon kepada Sang Maha, agar cuaca bersahabat selama pendakian sehingga
perjalanan ini bisa menambah kecintaan kami kepadamu Allah..Aamiin ya Rabb..
Awalnya niatnya cuma bertiga doang. Aku, uwie, Sepo. Tapi setelah kita
ngumpul di sekret buat repacking, akhirnya salah satu senior, doi semarga
samaku, namanya Rahmad Nasution bersedia gabung cuma karena kasian si sepo
bakalan direpotin oleh dua org cewek kece. Hahaa. Thanks Bang Nasution!
Bg Nasution, Uwie, Aku dan Kapten Sepo |
Berangkatlah kami dari FKH UGM jam 21.00 WIB pake motor menuju ke Selo
sekitar 50 km dari Jogja. Sampe di basecamp sekitar jam 23.00, lalu istirahat
sebentar langsung naik gunung. Oh ya di basecamp selo ini per orang ditarik
retribusi sekitar Rp.13.000. Di basecamp kita bisa menitipkan kendaraan kita
dan istirahat sejenak sebelum naik gunung. Setelah ngerasa cukup beristirahat, kami pun bersiap untuk naik gunung. Kami
memulai tepat pendakian sekitar jam 00.30 WIB. Beberapa saat kemudian, kami
melihat tulisan NEW SELO yang dibuat sangat mirip dgn tulisan HOLLYWOOD yang
biasa kita lihat di film2. Berhubung gelap, kami pun berencana untuk ngambil
potonya setelah turun.
Hollywood ala Selo x)) |
Banyak yang sepele sama trekking gunung Merapi. Termasuk aku dulunya juga
begitu. Dengan tinggi yang sekitar 2968 mdpl, aku pada awalnya juga ngerasa
tidak terlalu berat. Tapi jangan salah kawan. Dengan karier naik gunungku yang
amat standard di bandingkan para mapala, aku pun sedikit mengalami kesusahan.
Jarang banget aku berjalan di kontur yg landai, selalu berjalan naik terus terusan.
Emang dzikir kudu di ucapin terus deh biar ngerem hasrat buat ngeluh.
Jelas saja selama pendakian ini, kami berjalan dgn santai. Dan lumayan
banyak istirahat. Adzan berkumandang di pukul 04.00 terpaksa dilewati karena
mau ngejar shubuh sekalian pasang tenda. Jam menunjukkan pukul 05.00 dan aku
melihat sepertinya tempat buat dirikan tenda masih jauh akhirnya memutuskan
buat langsung shubuhan aja. Alhamdulillah banget nemu tempat landai yang emang
cuma cukup buat shalat. Daripada tambah telat lagi, aku pun shubuha disitu.
Moment yg ditunggu datang. Apalagi kalau bukan sunrise. Matahari pun tak segan
memamerkan kecantikannya.
Sunrise nya Merapi |
Pesona puncak Merapi dari kejauhan |
Setelah shubuhan dan puas poto2, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Dan
setelah menemukan tempat yang pas, para pria pun mendirikan tenda. Kemudian
setelah diskusi sambil makan indomie plus telur asin, salah satu tim kami, bang
nasution memutuskan untuk tetap tinggal di tenda sekaligus jaga barang kami dan
juga masakin buat makan siang. Sama seperti kebanyakan pendaki, untuk
menghilangkan sedikit beban, dianjurkan untuk mendaki puncak tanpa bawa tas
carier. Cukup bawa seadanya aja. Kalau sepo bawa air putih, kamera dan hp, aku
memilih untuk bawa tongsis aka tongkat narsis, sedangkan si uwie memilih untuk
membawa jas hujan.
Selfie sebelum berjuang menaklukkan Puncak! |
Perjalanan dari pasar Bubrah menuju Puncak Merapi
diperkirakan memakan waktu sekitar 2 jam. Begitu kami sampai di pasar Bubrah
(spot sebelum Puncak), ada perasaan yang seolah menyerah melihat tinggi dan
sulitnya medan yang harus ditempuh. Disinilah peran si kapten Sepo begitu
dibutuhkan. Dengan cuek dia mengatakan, ngapain jauh-jauh udah sampai ke Merapi
tapi gak muncak? Lumayan menyebalkan bukan. Oke. baiklah. Tekad ku pun
membulat. Bismillah Allah, mohon mudahkan kami #Selfie di puncak Merapi.
Salam #Selfie :3 |
Puncak merapi menawarkan tantangan yang luar biasa. Tanjakan yang entah
berapa puluh derajat ditambah batu berpasir seolah menyempurnakannya. Beberapa
kali hasrat ingin menyerah itu muncul. Sampai akhirnya si Kapten mengingatkan
kami untuk jangan melihat ke atas, ikuti jejak kaki yang sudah ada. Karena
susahnya medan menuju ke puncak, tongsis yang ku bawa langsung berubah menjadi
tongkat untuk menapak di pasir bebatuan. Berjalan merangkak sambil meraba mana
batu yang kokoh untuk dijadikan pijakan menjadi posisi favorit. Jangan salah,
keliru memilih batu sebagai tumpuan untuk melangkah bisa berakibat fatal.
Apalagi kalau bukan meluncur indah ke bawah alias terguling. Salah satu hal
yang harus dimiliki adalah sifat tenang dan yakin dengan batu pijakan. Bukan
tak mudah kawan mengontrol emosi ketika berada di medan seperti itu. Aku pun
berkali-kali hampir terperosot, tapi Alhamdulillah langsung bisa memindahkan
posisi kaki dengan cepat. kalau lah rasa takutku kalah, maka bisa saja
dipastikan puncak hanyalah impian. Jadi, pelajaran moral yang didapat adalah
semakin bijak mengelola rasa takut, in sya Allah bisa dipastikan berhasil dapat
foto #selfie di puncak. Dua jam kemudian, setelah melewati perjuangan yang tak
mudah, bertiga kami berhasil dengan izin Sang Maha untuk menginjakkan kaki di
salah satu ciptaanNya. Bahagia? Tak perlu kau pertanyakan itu. Ada rasa yang
meluap di dalam dada. Terharu yang begitu dalam setelah berhasil merasakan
perjuangan itu sungguh luar biasa indahnya ya!
ini bukti perjuangan :''' |
Thanks Jogja! |
Tentu saja setiap puncak memberikan cerita yang berbeda bagi para
perindu itu. Kami pun juga begitu. Terutama aku dan uwie. Sontak kami teringat
perjuangan kami dulu menaiki Gunung Sumbing bertiga (Aku, Uwie, Kentung) di
tahun 2010. Sayangnya, kentung kali ini gak bisa ikut merayakan farawell di puncak Merapi. Dan 4 tahun kemudian, di tahun terakhir, kami berdua bisa
merayakannya di Puncak Gunung Merapi yang tak lain adalah ikon kota Jogja. Ada
rasa damai yang menyelusup.
no caption needed. |
Puas merasakan euforia tersebut, kami pun harus berjuang lagi untuk turun.
Alhamdulillah banget kami didampingi seorang kapten yang bermata jeli. Haha.
Dia lah yang memantau terlebih dahulu dari puncak, jalan yang medannnya tidak
terlalu susah untuk kami. Di tengah perjalanan, tak sedikit kami temui kelompok
perindu itu menyerah menaklukkan puncak. Ada rasa haru yang begitu kuat bagi
kami karena sudah diizinkan memuaskan rindu kepada puncak. Susahnya medan
menuju puncak membuat aku dan uwie sepakat bahwa berdasarkan apa yang sudah
kami rasakan, puncak Gunung Rinjani, Lombok lebih mudah untuk dicapai jika
dibandingkan puncak Merapi. Kami pun menyadari bahwa pribahasa yang mengatakan
"dont judge a mountain from its heigh" adalah benar adanya. Di
atas semua itu, rasa optimis yang kuat adalah senjata utama penakluk semua
tantangan yang ada.
Perjalanan turun dari puncak sampai ke tenda kami memakan waktu 2 jam juga.
Sampai di tenda sekitar jam 12.00, lalu aku pun langsung tidur di bawah terik
matahari. Sampai sekitar jam 13.00 aku dibangunkan untuk makan. Nasi dan sayur
lodeh buatan bang Nasution memiliki rasa ajaib. Ini pasti karena tak akan
pernah kau jumpai makanan yang tidak enak selama di gunung. Hihihi. Sebelum
berangkat pulang, aku pun menjama' shalat Zuhur dan Ashar. Setelah semua beres,
tepat jam 14.00 kami turun menuju basecamp. Setelah 4 jam berjalan, tepat pukul
18.00 kami sampai di basecamp yang berada di Selo. Lelah yang luar biasa akhirnya membuat kami semua tidur sejenak sampai jam 20.00. Dan akhirnya sampai di Jogja kembali sekitar jam 22.00 WIB.
Terima kasih Allah, Jogja dan Merapi! :)
panorama ala iphone si kapten xD |
Nb : Doa ku benar-benar dikabulkan. Di saat Jogja selalu diguyur hujan,
cuaca selama pendakian cerah dan sampai kami kembali ke Jogja, tak sedikit pun
aku gunakan jas hujanku. Ah Allah. terima kasih atas cintaMu! :")
uuuhhh ini dapet sensasinya menggigitt... keren mbak semoga ada barengannnya suatu hari nanti bsia muncakin Merapi josh inih......
ReplyDeletemuehehem terima kasih yaa sudah mampir! semoga segera muncaki di merapi bareng barengannyaaa :p
Delete