Saturday 6 December 2014

Farewellnya kita di Puncak Merapi. Thanks! :)

Assalamualaikum wr wb

Apa kabar? kau dan aku sehat ya.

Berawal dari line nya teman, "Merapi yuk, sebelum cabut dari Jogja" . Ide bagus fikirku. Walaupun sebenarnya aku juga masih setengah semester disini, tapi kapan lagi naik gunung bareng teman yg udah mau cabut. Namanya Uwie, kita dulu bertiga (Aku,Uwie,Kentung) ngawali karier (dusta banget) naik gunung bareng sewaktu bertepatan dgn pengabdian masyarakat yg diadakan oleh UKM Mapala FKH UGM di tahun 2010. Pertanyaan selanjutnya, siapa yg mau jadi tumbal buat nemenin? Daripada bingung cari siapa, akhirnya kita mutusin buat minta si sepo! doi teman seangkatan yg demen naik gunung dan juga anak mapala. Dulu juga bareng aku nih bocah ke Rinjani.

Setelah proses lobi, dengan gampang dia mengiyakan buat nemenin aku & uwie. Mantap! haha. Kebetulan ini anak udah ke Merapi 4 kali. Okay. Semakin menguatkan. Setelah ketemu tanggal oke dan menyesuaikan dgn kesibukanku (iyek banget --"), akhirnya dapet deh tanggal berangkat 11 Nov 2014. Gak ada yg spesial sih, kenapa tgl ini dipilih adalah cuma karena aku selesai ujian koas dinas. Ada yang mengganjal sebenarnya. Sekarang sedang musim hujan dan curah hujannnya juga cukup tinggi. Entah kapan lagi datang kesempatan itu, kami akhirnya memutuskan untuk tetap berangkat. Sehari sebelumnya, aku sudah berdoa. tentu saja memohon kepada Sang Maha, agar cuaca bersahabat selama pendakian sehingga perjalanan ini bisa menambah kecintaan kami kepadamu Allah..Aamiin ya Rabb.. 

Awalnya niatnya cuma bertiga doang. Aku, uwie, Sepo. Tapi setelah kita ngumpul di sekret buat repacking, akhirnya salah satu senior, doi semarga samaku, namanya Rahmad Nasution bersedia gabung cuma karena kasian si sepo bakalan direpotin oleh dua org cewek kece. Hahaa. Thanks Bang Nasution!
Bg Nasution, Uwie, Aku dan Kapten Sepo

Berangkatlah kami dari FKH UGM jam 21.00 WIB pake motor menuju ke Selo sekitar 50 km dari Jogja. Sampe di basecamp sekitar jam 23.00, lalu istirahat sebentar langsung naik gunung. Oh ya di basecamp selo ini per orang ditarik retribusi sekitar Rp.13.000. Di basecamp kita bisa menitipkan kendaraan kita dan istirahat sejenak sebelum naik gunung. Setelah ngerasa cukup beristirahat, kami pun bersiap untuk naik gunung. Kami memulai tepat pendakian sekitar jam 00.30 WIB. Beberapa saat kemudian, kami melihat tulisan NEW SELO yang dibuat sangat mirip dgn tulisan HOLLYWOOD yang biasa kita lihat di film2. Berhubung gelap, kami pun berencana untuk ngambil potonya setelah turun. 
Hollywood ala Selo x))
 
Banyak yang sepele sama trekking gunung Merapi. Termasuk aku dulunya juga begitu. Dengan tinggi yang sekitar 2968 mdpl, aku pada awalnya juga ngerasa tidak terlalu berat. Tapi jangan salah kawan. Dengan karier naik gunungku yang amat standard di bandingkan para mapala, aku pun sedikit mengalami kesusahan. Jarang banget aku berjalan di kontur yg landai, selalu berjalan naik terus terusan. Emang dzikir kudu di ucapin terus deh biar ngerem hasrat buat ngeluh. 

Jelas saja selama pendakian ini, kami berjalan dgn santai. Dan lumayan banyak istirahat. Adzan berkumandang di pukul 04.00 terpaksa dilewati karena mau ngejar shubuh sekalian pasang tenda. Jam menunjukkan pukul 05.00 dan aku melihat sepertinya tempat buat dirikan tenda masih jauh akhirnya memutuskan buat langsung shubuhan aja. Alhamdulillah banget nemu tempat landai yang emang cuma cukup buat shalat. Daripada tambah telat lagi, aku pun shubuha disitu. Moment yg ditunggu datang. Apalagi kalau bukan sunrise. Matahari pun tak segan memamerkan kecantikannya.

Sunrise nya Merapi








Pesona puncak Merapi dari kejauhan

Setelah shubuhan dan puas poto2, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Dan setelah menemukan tempat yang pas, para pria pun mendirikan tenda. Kemudian setelah diskusi sambil makan indomie plus telur asin, salah satu tim kami, bang nasution memutuskan untuk tetap tinggal di tenda sekaligus jaga barang kami dan juga masakin buat makan siang. Sama seperti kebanyakan pendaki, untuk menghilangkan sedikit beban, dianjurkan untuk mendaki puncak tanpa bawa tas carier. Cukup bawa seadanya aja. Kalau sepo bawa air putih, kamera dan hp, aku memilih untuk bawa tongsis aka tongkat narsis, sedangkan si uwie memilih untuk membawa jas hujan. 
Selfie sebelum berjuang menaklukkan Puncak!

Perjalanan dari pasar Bubrah menuju Puncak Merapi diperkirakan memakan waktu sekitar 2 jam. Begitu kami sampai di pasar Bubrah (spot sebelum Puncak), ada perasaan yang seolah menyerah melihat tinggi dan sulitnya medan yang harus ditempuh. Disinilah peran si kapten Sepo begitu dibutuhkan. Dengan cuek dia mengatakan, ngapain jauh-jauh udah sampai ke Merapi tapi gak muncak? Lumayan menyebalkan bukan. Oke. baiklah. Tekad ku pun membulat. Bismillah Allah, mohon mudahkan kami #Selfie di puncak Merapi. 


Salam #Selfie :3

Puncak merapi menawarkan tantangan yang luar biasa. Tanjakan yang entah berapa puluh derajat ditambah batu berpasir seolah menyempurnakannya. Beberapa kali hasrat ingin menyerah itu muncul. Sampai akhirnya si Kapten mengingatkan kami untuk jangan melihat ke atas, ikuti jejak kaki yang sudah ada. Karena susahnya medan menuju ke puncak, tongsis yang ku bawa langsung berubah menjadi tongkat untuk menapak di pasir bebatuan. Berjalan merangkak sambil meraba mana batu yang kokoh untuk dijadikan pijakan menjadi posisi favorit. Jangan salah, keliru memilih batu sebagai tumpuan untuk melangkah bisa berakibat fatal. Apalagi kalau bukan meluncur indah ke bawah alias terguling. Salah satu hal yang harus dimiliki adalah sifat tenang dan yakin dengan batu pijakan. Bukan tak mudah kawan mengontrol emosi ketika berada di medan seperti itu. Aku pun berkali-kali hampir terperosot, tapi Alhamdulillah langsung bisa memindahkan posisi kaki dengan cepat. kalau lah rasa takutku kalah, maka bisa saja dipastikan puncak hanyalah impian. Jadi, pelajaran moral yang didapat adalah semakin bijak mengelola rasa takut, in sya Allah bisa dipastikan berhasil dapat foto #selfie di puncak. Dua jam kemudian, setelah melewati perjuangan yang tak mudah, bertiga kami berhasil dengan izin Sang Maha untuk menginjakkan kaki di salah satu ciptaanNya. Bahagia? Tak perlu kau pertanyakan itu. Ada rasa yang meluap di dalam dada. Terharu yang begitu dalam setelah berhasil merasakan perjuangan itu sungguh luar biasa indahnya ya! 

ini bukti perjuangan :'''


Thanks Jogja!
 Tentu saja setiap puncak memberikan cerita yang berbeda bagi para perindu itu. Kami pun juga begitu. Terutama aku dan uwie. Sontak kami teringat perjuangan kami dulu menaiki Gunung Sumbing bertiga (Aku, Uwie, Kentung) di tahun 2010. Sayangnya, kentung kali ini gak bisa ikut merayakan farawell di puncak Merapi. Dan 4 tahun kemudian, di tahun terakhir, kami berdua bisa merayakannya di Puncak Gunung Merapi yang tak lain adalah ikon kota Jogja. Ada rasa damai yang menyelusup. 

no caption needed.


Puas merasakan euforia tersebut, kami pun harus berjuang lagi untuk turun. Alhamdulillah banget kami didampingi seorang kapten yang bermata jeli. Haha. Dia lah yang memantau terlebih dahulu dari puncak, jalan yang medannnya tidak terlalu susah untuk kami. Di tengah perjalanan, tak sedikit kami temui kelompok perindu itu menyerah menaklukkan puncak. Ada rasa haru yang begitu kuat bagi kami karena sudah diizinkan memuaskan rindu kepada puncak. Susahnya medan menuju puncak membuat aku dan uwie sepakat bahwa berdasarkan apa yang sudah kami rasakan, puncak Gunung Rinjani, Lombok lebih mudah untuk dicapai jika dibandingkan puncak Merapi. Kami pun menyadari bahwa pribahasa yang mengatakan "dont judge a mountain from its heigh" adalah benar adanya.  Di atas semua itu, rasa optimis yang kuat adalah senjata utama penakluk semua tantangan yang ada. 

Perjalanan turun dari puncak sampai ke tenda kami memakan waktu 2 jam juga. Sampai di tenda sekitar jam 12.00, lalu aku pun langsung tidur di bawah terik matahari. Sampai sekitar jam 13.00 aku dibangunkan untuk makan. Nasi dan sayur lodeh buatan bang Nasution memiliki rasa ajaib. Ini pasti karena tak akan pernah kau jumpai makanan yang tidak enak selama di gunung. Hihihi. Sebelum berangkat pulang, aku pun menjama' shalat Zuhur dan Ashar. Setelah semua beres, tepat jam 14.00 kami turun menuju basecamp. Setelah 4 jam berjalan, tepat pukul 18.00 kami sampai di basecamp yang berada di Selo. Lelah yang luar biasa akhirnya membuat kami semua tidur sejenak sampai jam 20.00. Dan akhirnya sampai di Jogja kembali sekitar jam 22.00 WIB.

Terima kasih Allah, Jogja dan Merapi! :)
panorama ala iphone si kapten xD

Nb : Doa ku benar-benar dikabulkan. Di saat Jogja selalu diguyur hujan, cuaca selama pendakian cerah dan sampai kami kembali ke Jogja, tak sedikit pun aku gunakan jas hujanku. Ah Allah. terima kasih atas cintaMu! :")

 

2 comments:

  1. uuuhhh ini dapet sensasinya menggigitt... keren mbak semoga ada barengannnya suatu hari nanti bsia muncakin Merapi josh inih......

    ReplyDelete
    Replies
    1. muehehem terima kasih yaa sudah mampir! semoga segera muncaki di merapi bareng barengannyaaa :p

      Delete