Tuesday, 22 April 2014

Ada Cerita di Paddys Market


Assalamualaikum warahmatullah hi wabarakatuh

Apa kabar, aku dan kau sehat selalu ya? :D. terlalu banyak hutang tulisan selama bertapa dua bulan di negri orang, maka kali ini aku cicil dengan pengalaman unik selama berburu souvenir di Padddys Market. 

Paddy’s market adalah pasar yang paling direkomendasikan untuk berbelaja souvenir ketika kau berada di salah satu kota termahal di dunia, Sydney. Paddys market tidak hanya satu, ada tiga lokasi. Tetapi yang paling terkenal adalah yang berada di kota yang juga mempunyai nama lain haymarket. Berbekal informasi tersebut, ketika di suatu malam minggu aku menginap di rumah temanku. Berhubung setiap sabtu, dia ada kelas sampai siang, erangkatlah aku sendiri dengan train dari stasiun terdekat dari rumahnya, Bankstown menuju central station, Sydney dengan tarif 4.2 AUD. Central station di Sydney merupakan salah satu stasiun tersibuk dan tertua (dibangun tahun 1906) di benua Kanggoroo.
 
di dalam central station
 Gak kayak stasiun di Indonesia (bagai langit dan bumi :D), central station ini gedee banget dengan 23 platform dan 5 main exit. Gimana menemukan platform dan exit yang tepat ? tentu saja dengan membaca peta dan rajin pelototin sign terdekat. Tapi, berhubung aku adalah type manusia yang selalu gagal dalam membaca peta, tentu saja cara tergampang adalh bertanya dengan orang. Dan aku bertanya selalu lebih dari 2 orang untuk memastikan bahwa jalan yang ku tempuh adalah benar. Haha. 
Exit 2
Maka, setelah menemukan exit yang tepat, yaitu exit 2 untuk menuju paddys market (Haymarket) yang hanya 5 menit walking, maka aku pun bertanya lagi dengan sesosok manusia berseragam. Ajaib, ketika aku mulai bertanya, dia menyapaku dengan bahasa Indonesia. Aku pun langsung antusias dan ternyata bahasa Indonesia dia cukup bagus, ketika aku telusuri lebih jauh, dia muslim dan istrinya adalah arek boyo atau orang surabaya. Dan pemahaman dia tentang islam cukup baik, Alhamdulillah, ucapku. Tapi, satu hal yang menggelitikku adalah, ketika dia bertanya, kenapa aku harus menggenakan jilbab dan dia juga mengatakan jilbab adalah budaya arab, kalau mengenakan jilbab, kenakan saja di Indonesia, kalau disini gak perlu, copot saja. Aku yang terbengong mendengar penafsirannya sambil berusaha ngingat ayat AlQuran yang berhubungan dengan perintah hijab. Lalu, dengan tenang , aku katakan bahwa perintah berjilbab tak perlu di bantah dengan adanya surat AlAhzab ayat 59. Tapi, si bapaknya tetap ngotot dengan pendapatnya. Males berdebat dan wanna save time, aku pilih buat ngeakhiri dan ngucapin makasih. Bapak yang unik, pikirku. Tapi gak papa, alhamdulillah dia islam dan semoga besok pemahamannya dikoreksi Sang Maha, 
dengan Eddy

Berbekal informasi dari si bapak unik, 10 menit kemudian aku pun sampe di Paddy’s market. Bangunannya lupa berapa lantai tapi yang kayak nya nge paddy banget cuma lantai dasar deh. Lantai 1 ke atas udah kayak mall. Waktu zuhur tiba, tak ingin melepaskan perindungan sempurna dari Sang Maha, aku pun bergegas ambil wudhu di toilet. Dasar rejeki, aku ketemu dengan cleanng service yang pake jilbab. Aku pun langsung bertanya, adakah tempat yang cocok untuk aku melakukan shalat? Dia pun mengajakku ke ruangan bossnya. Alhamdulillah. Ternyata ruangan tersebut di jadikan tempat shalat bagi beberapa pekerja. Mungkin itu sebabnya, aku pun dengan mudah mengantongi izin tersebut.
bangunan kantor yang mendadak jadi mushala

Dasar wanita, ngeliat harga yang benar benar menjanjikan mata, aku pun menghabiskan sekitar lebih dari 5 jam di paddys. Harganya benar-benar yahud. Kalau emang banyak ditodong sodara buat bawain oleh-oleh. Berangkatlah ke Paddys. 
suasana paddys market
 
paddys market bagian sayuran dan buahan
Setelah puas belanja, dengan hati riang aku pun kembali ke central station. Tak mau larut dalam kebingungan, aku pun bertanya kepada officer, di platform mana aku kudu menunggu kereta yang menuju ke bankstown yang ternyata di platform 22. Aku yang tak biasanya mengecek barang belanjaan sebelum sampai di rumah, kali ini melakukannya sambil menunggu kereta datang. Dan! Astagfirullah! Satu plastik yang isinya buat anak supervisorku dan adik-adiknya temanku tidak ada di tempat! Masya Allah! ku lirik jam sudah menunjukkan jam 15.10, sementara paddys market tutup jam  16.00, sebenarnya waktu nya masih cukup. Sayangnya aku terlalu capek. Tapi naluriku berbisik, ayo usaha dulu nyari, toh kau akan melihat kegembiraan di wajah mereka dan uangmu tak teruang percuma. Makasih naluri!. Akhirnya aku putuskan untuk segera mencari kembali ke Paddys. Sepanjang jalan aku menguatkan diri. Kalau ketemu yaa berarti rejeki. Kalau gak ketemu berarti kurang sedekah. Aku pun kembali ke Paddys market, dan mencoba mengingat lokasi toko yang aku yang injakkan. Karena 5 jam sudah berkeliling sebelumnya, tak susah bagiku mengdentifikasi toko toko yang aku datangi. Dasar  rejeki, pemilik salah satu toko yang aku datangi berbaik hati menyimpan barangku yang ketinggalan. Alhamdulillah, memang kalau masih rejeki. Dengan riang. Aku pun melangkah meninggalkan paddys! 
Thankyou Paddys!

Note : tak susah menemukan orang jujur di negara kangguru ini. Semoga kelak. Indonesia pun begitu. 

No comments:

Post a Comment