Monday, 3 June 2013

Jogja - Sembalun : Rinjani (1)



4 Mei 2013.
Berawal dari bbm teman seangkatan yang emang naik gunung, aku sama sekali tak menyangka akan menginjakkan kaki di rinjani, Lombok. Bbm dari si sepo pada rabu, 1 mei 2013, “ayo ke rinjani, mumpung ada libur seminggu sebelum ujian”. Aku yang bingung dan seolah tak rela waktu seminggu dipakai hanya untuk belajar #TakLayakTiru pun mengiyakan, apalagi setelah bocah itu menjanjikan, kita semua sampai di jogja sabtu malam. Masih ada sekitar 50 jam lebih sebelum ujian, cukuplah, pikirku. 

Dengan beranggotakan 5 orang, aku yang kemudian menamakan tim kami sebagai generasi blok yang muncak ke rinjani pun memulai perjalanan di hari sabtu, 4 Mei 2013. Start nol km kami berawal dari Stasiun Lempuyangan, Jogjakarta. Kami hoki. Harga tiket kereta api  Jogja – Banyuwangi masih 35 ribu. 14 jam kemudian, sampai lah kami di banyuwangi pada pukul 20.40 WIB. kami berjalan hendak menyebrang ke Bali melalui pelabuhan ketapang. Agar dianggap tak kejam pada tubuh sendiri, kami makan di warung pojokan, cukup murah dan enak. Setelah di rasa cukup, berjalan melanjut ke pelabuhan ketapang. Karena hanya sekitar 45 menit untuk menginjakkan kaki di pulau dewata, tiket nya pun hanya sekitar 7 ribu. 

Gilimanuk! Selamat datang di pulau Dewata!. Kedatangan kami disambut segerombolan calo yang sepertinya sudah menebak akan mendaki gunung Gede atau langsung ke Rinjani. Mereka menawarkan, gilimanuk – padang bai sekitar 80 ribu. Kebetulan, aku yang sudah pernah ke Lombok 2 thn yg lalu, mengetahui tarif nya sekitar 50 ribu untuk sampai ke padang bai. Itu pun setelah mengeluarkan keahlian menawarku yang lumayan ahli dan harus berhenti terlebih dahulu di denpasar. Jarak gilimanuk denpasar sekitar 4 jam perjalanan dan denpasar – padang bai sekitar 2 jam perjalanan.  Aku pun tak ragu lagi mengeluarkan kemampuanku. Aku minta sekitar 50 ribu *kalau yang ini aku sepertinya keterlaluan, :D/ mereka menolak. Sudah ku duga. Lalu, terjadilah hukum jual beli di malam itu. Akhirnya aku berhasil  mendapatkan harga sekitar 60 ribu! Dan itu murah! Kenapa? Karena, perjalanan ke padang bai langsung tanpa transit2. Aku pun dengan senyuman bangga mengabarkan kepada koncokonco. Dengan bahagia ku katakan, kita dapat murah rek!

gagahnya gunung Agung, Bali

5 Mei 2013.
Bisa kau tebak, sepanjang perjalanan, aku tidur dengan pulasnya. Aku cukup beruntung. Memiliki kemampuan tidur dimana saja. Tak terasa melewatkan hampir 6 jam perjalanan, sampai lah kami di padang bai. Padang bai yang merupakan pelabuhan yang akan mengantarkan sampai ke Lombok. Setelah salat shubuh dan makan, lagi2 kami medapatkan menu unik di samping masjid pelabuhan padangbai. Warung jawa yang mempunyai menu ala2 sinetron. Abaikan. Karena lapar, tak sedikitpun kami melirik menu2 sinetron tersebut, melainkan langsung memesan menu yang mengundang selera kepada sang pemilik warung. Yang masih tetap ku  ingat adalah rasa serundeng nya yang menggoda iman.  Dirasa cukup, berjalan lah kami untuk membeli tiket ke Lombok. Harga tiket padang bai – lembar sekitar 35 ribu dengan jarak tempuh sekitar 6 jam perjalanan. Kapalnya bagus. Lumayan bersih dan ada tempat tidur nya. Yah, walaupun hanya beralaskan karpet merah, itu sama nikmatnya dengan kasur hotel bintang 5 ketika kau  membutuhkan tempat untuk merebahkan badan. Itu berlaku padaku. Setelah ngobrol sebentar, aku tergoda untuk merasakan nikmatnya kasur kapal ekonomi *begitu judulnya. Dan! Aku benar saudara2! Ketika ku rebahkan badan, tak ku rasakan perbedaan antara tidur beralaskan karpet merah dengan spring bed kamarku. Aku tak mengerti akan kehebatan kemampuan tidurku, nyatanya, aku langsung tidur selama perjalanan, dan bangun ketika mendengar pengumuman bahwa sebentar lagi kapal akan mendarat. Oh, betapa indah hidup ini!

di depan dermaga pelabuhan padang bai


Sampai di padang bai sekitar jam 12.00 WITA, tak diragukan lagi, kami pun diserbu para calo, mereka menawarkan tariff 80 ribu/anak : lembar – sembalun. Aku yang tak sempat mencari informasi, bertanya kepada bg viktor, bang, murah itu?. Bg viktor pun yang sepertinya tak begitu mengerti ttg tariff, hanya bilang, jauh sih emang jaraknya. Hemm.. aku bertanya kpd bapak calo, itu 80 ribu pake transit2 kagak pak? Bapaknya bilang, hanya sekali transit ketika akan menuju kaki gunung, dikarenakan susah bagi mini bus untuk menjangkau nya. Aku yang tak mengerti, langsung bertanya kepada anak2. Terserah mau ambil yang ini atau hendak mencari sendiri. Mungkin karena sudah males, kami pun memutuskan untuk  takluk kepada si bapak calo. Di dalam mobil, kami pun meminta untuk singgah di pasar dikarenakan akan membeli beberapa kebutuhan dan sayur untuk keperluan makan di gunung. Setelah diturunkan di pasar mandalika, tiba2 mobilnya berhenti, bapaknya mengatakan, kami diganti pake bus. Loh, katanya tetap pake mobil ini sampai kaki sembalun? Tanya bg viktor dengan nada sebel. Terlalu banyak alasan yang diucapkan si bapak. Akhirnya kami diminta untuk menunggu bis yang akan membawa kami menuju hikmal *nama wilayah sebelum ke sembalun. Sebelum naik bus, bg viktor protes kepada bapak calo yang kedua, tak mau disalahkan, dia pun ngotot, bahwa ini yang sesuai. Kami yang sedari awal dijanjikan hanya ganti sekali merasa kecewa. Ya kecewa. Merasa tertipu lebih tepatnya. Apalagi ketika aku ngobrol sama ibuk2 disebelahku yang mengatakan bahwa dari lembar ke sembalun hanya 40 ribu dan max 50 ribu. Oke, fikirku. kekesalan meluap. Ditambah supir bis yang seolah tak peduli bahwa bisnya sudah penuh dan tak layak untuk tambah muatan dengan seenaknya menaikkan penumpang lagi. Allahuakbar! Cobaan pertama menuju rinjani. Sesaat aku dibisiki, kamu mau marah sama siapa? Gak ada guna. Mending ngobrol sama ibu2 sebelahmu, daripada hati dongkol terus. Begitu kurang lebih bisikan hatiku. Aku tertawa, benar juga!  Akhirnya untuk membunuh rasa dongkol, setelah menarik nafas panjang aku pun mengobrol sama ibu2 berjilbab baik hati tersebut, yang ternyata sudah naik haji berkat berjualan sayur di pasar. Alhamdulillah ibuuuu! Pekikku gembira mendengarkan cerita beliau. Aku pun minta, agar kami semua didoakan bisa mencapai puncak dan kembali ke jogja dengan selamat. Dengan senyuman tulus, beliau pun meng Aamiin kannya. Teduh. Dan aku lupa akan rasa dongkolku.
pick up yang membawa menuju desa sembalun

Tak berapa lama kemudian, kami berpisah dengan ibu penjual sayur pemilik senyum tulus tersebut. Kami tak lagi menggunakan bis, tapi menggunakan pick up untuk mencapai desa sembalun. Perjalanan menggunakan pick up ditemani pasangan suami istri dan beberapa pemuda warga asli sembalun yang belakangan ku ketahui berperan sebagai porter. Dia pun banyak bercerita, yang akhirnya kami dapatkan kesimpulan bahwa jalur pendakian rinjani ada 2 yang utama, sembalun dan senaru. Senaru, terkenal dengan keberadaan makhluk gaib yang kerap kali menujukkan wujudnya kepada orang yang memang memiliki kemampuan khusus.  Dan bla bla. Yang akhirnya membuatku langsung mengatakan, rek, kita naik dari sembalun aja ya. Ke 4 temanku setuju, hahha. 
warung sederhana di pelukan gunung, desa sembalun

Sekitar jam 17.00 WITA, sampailah kami di desa sembalun. Desanya indah! Sangat indah! Bunga kuning cerah menyambut kedatangan kami, lika liku rinjani pun seolah tak mau kalah dengan pesona bunga kuning dan birunya langit memperlihatkan wujudnya. Aku tergetar. Subhanallah Allah.. hebatnya Engkau.. pesona desa sembalun yang luar biasa. Aku yang sangat tergetar melihat pelukan rinjani terhadap desa sembalun, tiba2 merasa penasaran untuk mencari perkataan sang Maha di AlQuran. Aku dibimbingNya untuk menemukan perkataanNya. 

“Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahn berpasangan-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. QS 13 : 3” subhanallah! :”)

to be continued. :)

5 comments:

  1. keren bener nih adekku..
    eh mampir di blog ku yahhhh...:))

    ReplyDelete
    Replies
    1. kak ully : siapa dulu kakaknya. lebih keren lagi! :D

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. ternyata masih nyebelin calo disana yak..?? kejadian sama seperti saya dulu waktu tahun 2004 kesana, sampe pelabuhan lembar ditarik2 calo dan di iming2in sampe pos sembalun, di tengah jalan skitar daerah mandalika di turunin dan di oper ke bis kecil alesannya bannya kempes lah, dan minta uang transport dulu karena ganti bis dan bayar ke supir bis dan ternyata ga sampe pos tau2 di turunin di pasar aikmel, pas ngeliat ternyata supir nya laen orang... -____-

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau masnya gak koment mungkin aku sudah lupa. tapi karena masnya koment. kenangan menyebalkan sosok calo mampir dengan jelasnnya. kayaknya mereka gak berubah deh sebelum avatar menyelamatkan bumi. Indahnya Rinjani memang jadi candu buat banyak orang ya. Anyway, thanks sudah mau mampir :))

      Delete