6 Mei 2013.
Bermodalkan tekad, harapan, doa. Berangkatlah
kami, menapakkan langkah awal dengan mantap dan tanpa keraguan ditambah harapan
yang sangat kuat, agar kaki ini sampai di puncak rinjani, agar diri ini bisa
mengalahkan mental yang takut, agar diri ini bisa menjadi pemenang di rinjani.
Berlima. Membulatkan tekad.
 |
berlima. di depan gerbang pendakian Rinjani jalur Sembalun |
Jalur pendakian gunung rinjani lumayan jelas.
Tak perlu porter jika kau berangkat pagi. Karena estimasi nginap malam pertama
itu ada di pos 3. tapi, kalau ingin bersama porter juga tak mengapa, tarifnya sekitar 125.000/porter/hari. Karena jika kita brangkat siang atau sore, dikhawatirkan karena
mungkin baru pengalaman pertama akan nyasar. Jarak dari basecamp sampai di pos
3 sekitar 8 jam. Tapi kenyataannya kami berangkat jam 07.00 pagi sampai di pos
3 sekitar jam 17.00 WITA.
Medan rinjani memang penuh tantangan. Apalagi
dari basecamp sampai pos 1 yang subhanallah jauhnya. Kalau diturutkan ngeluh
mah, perasaan bakalan nyerah langsung timbul. Benar memang. Naik gunung itu
harus dinikmati. Tak perlu cepat-cepat. Jangan pula lambat-lambat. Seimbang.
Seperti hidup.
 |
puncak rinjani dari kejauhan yang seoalh menantang kami |
|
Begitu sampai pos 1, setelah aku lupa berapa
jam berjalan, kebahagiaan pertama benar2 terasa nikmat. Alhamdulillah Allah..
sepertinya semua pendaki juga merasakan hal tersebut. Kemarin, Mei, cuaca
rinjani sedang bagus-bagusnya, mungkin itulah seba nya mengapa banyak pendaki
kemarin. Kami pun melihat, canda tawa di masing-masing wajah para pendaki,
bercengkrama bersama teman, menikmati langkah awal memapakkan kaki di puncak. Indah.
 |
narsis di depan tugu pos 1 Sembalun :D | |
|
|
 |
indah? :) |
 |
jalur sembalun yang mempesona |
|
|
Tak mau berlama-lama menikmati pos 1. Kami
pun siap untuk melangkah menuju pos3. Jarak pos 1 ke pos 2 dan ke pos 3 tak
sejauh dari base camp ke pos 1. Begitu sampai di pos2. Banyak pendaki yang
istirahat, shalat bahkan makan dan masak. Karena di pos 2 memang ada sumber
air. Tak mau kehilangan moment, kami pun beristirahat bersama para pejuang
puncak. Shalat, ngemil-ngemil sedikit, karena kami harus menghemat bekal, sudah
ditargetkan akan makan nasi dll di pos 3 sekaligus istirahat dan mendirikan
tenda. Kau tau kawan? Nutrisari menjadi sahabat yang paling sejati selama
perjalanan kami. Inilah waktu dimana kurasakan betapa nikmatnya sebuah
nutrisari kocok. Sayang nya, air di pos 2 tidak terlalu bersih. Kami yang
memang sedari awal perjalanan hanya membawa beberapa botol air matang, akhirnya
mengisi botol-botol kosong dengan air mentah, dan airnya bercampur pasir hitam.
Jadi, ketika kau lihat dari bawah botol, maka pasir2 hitam itu pun mewarnai air
kami. Tak apa. Berdasarkan jimat sepo “man kuman kumin, dari kuman jadi
vitamin!” maka air di dalam botol tersebut pun kami anggap air bervitamin. Ini
lah gunung. Segala nya akan kau temui lebih nikmat dari biasanya.
 |
semangat mengambil air di Pos 2 Sembalun |
Akhirnya. Diizinkan sampai di pos 3 setelah
hampir 10 jam menyusuri rinjani. Otomatis para pria segera mendirikan tenda.
Sepo dan haryono bertugas mengambil air di pos extra 3. Jadi, untuk sumber air berada di pos extra 3,
pos extra 3 tidak terlalu jauh dari pos3. Kayaknya hanya sekitar 20 menit jarak
antara pos extra 3 dengan pos 3. Setelah tenda diidirikan, air sudah diambil. Dan
bravo! Airnya lebih jernih dari air di pos2.
 |
aku menatap pos 3 sembalun dari kejauhan :D |
 |
suasana pos 3 Sembalun |
 |
populasi monyet kecil penunggu setia gunung Rinjani |
Bahagia bener dah kami. Hihihi.
Aku dan Danny memasak, kemampuan memasakku yang masih di dasar laut terbantukan
oleh kemampuan Danny yang kuanggap seperti chef. Akhirnya ketidkmampuanku
sedikit tertutupi lah. Hahaha. Kami memasak. Menu pertama kami di gunung adalah
nasi + sayur sup + X *MenuYangTerlupakan. Dengan lahap dan didorong perut yang
keroncongan, kami berlima makan dengan lahap. Tapi, ini gunung. Ada perasaan tak berani untuk makan
banyak, entahlah, mungkin itu perasaanku. Nurani berbisik, berbagi lah dengan
saudaramu. Maka, walau terasa sangat lapar + letih, sepertinya porsi makan kami
tak banyak, tapi nikmat dan Alhamdulillah kenyang. Gunung mengajarkan indahnya
nikmat berbagi.
 |
masakan pertama di Gunung Rinjani :D *abaikan penampakan kaki |
Di pos 3, kami tak sendirian. Ada rombongan
dari Kalimantan, sekelompok bapak-bapak yang tinggal di kompleks alamat yang
sama yang memang cinta gunung, bersama kami berbagi cerita. Ada seorang bapak
yang paling tua di rombongan tersebut, berhubung beliau sering kebagian tugas
untuk mengambil gambar, disebutlah dia sebagai bapak roy suryo. Maka dengan segera,
aku memanggil mereka, rombongan pak “Roy Suryo” dari Kalimantan. Mereka
baik-baik. Dan lucu. Apalagi pak roy suryo., hehehe.
 |
hasil jepretan pak "Roy Suryo" |
Sesore itu, kami menikmati makan siang dan
malam yang dijadikan satu dengan nikmat di pos 3. Ada beberapa pendaki yang
memilih untuk tak mendirikan camp alias tak bermalam di pos 3. Jadi, mereka
dengan semangat menuju ke pos Plawangan. Pos Plawangan merupakan pos terakhir
menuju puncak Rinjani. Kontan, tanpa dikomando, kami pun berteriak untuk
menyemangati mereka. Sekali lagi, inilah gunung, betapa gampang nya untuk
merasakan dekat seperti layaknya saudara.
Kami dan rombongan pak “Roy Suryo” dari
Kalimantan tersebut memilih untuk bermalam di pos3. Kami tidur cepat. Setelah
makan lalu mengobrol ditemani ribuan bintang, ada tawa dan canda, sampai
akhirnya jam menunjukkan pukul 20.00 WITA, kami memutuskan untuk segera tidur,
menambah vitalitas tenaga untuk keesokan harinya. Kami tidur dengan damai.
Bersama.
No comments:
Post a Comment