Saturday, 6 April 2013

Masih cinta buku (non) ori?


Judul di atas seperti tak asing di kalangan mahasiswa. Ya, mahasiswa. Makhluk ajaib yang selalu ingin mendapatkan pelayanan yang bagus dengan harga terjangkau, #SelfTalk. Tak perlu dipertanyakan, apakah saya termasuk atau tidak kedalam golongan ajaib yang satu ini. Maka dengan tidak ada keraguan lagi, saya pasti menjawab dengan 2kalimat, “Ya Dong!” #SelfToyor. 

Kejadian ini pun saya rasakan ketika sore ini, meluncur ke Shopping Centre, Jogja. Niat utama sih Cuma pengen cari kamus oxford. Tapi ujung-ujungnya saya tergiur untuk membeli buku yang sudah lama saya incar, apalagi kalau bukan 99 cahaya langit di eropa. Dan ketika mas-mas penjual tersebut menunjukkan novel idaman tersebut, mata saya pun tersihir ke buku #MuslimMillioner nya Ippo Right. Sesaat, saya terjebak dalam situasi yang cukup bisa dibilang agak bimbang dan ragu yang di jaman sekarang dikenal dengan istilah galau. Karena memang saya tertarik dengan bukunya mas Ippo,  tetapi novel cahaya langit juga menjadi impian saya. Oke, saya bingung. Seolah memahami kebingungan saya, mas2 yang tidak diketahui namanya tersebut dengan polos nya mengatakan ”ini aja mbak, bukunya mas Ippo lebih banyak yang cari, diskon nya sampai 20% loh, ori lagi bukunya, terus terang saya belum baca kedua buku ini, tapi kalau banyak yang cari kan sudah teruji kebagusannya kan mbak?”iya juga yaa,fikirku. Terus emang novel nya jadi berapa dong mas? Kataku, “69 ribu jadi 55 rb mbak”. Cukup menggiurkan! Aku bertekad menawar lagi, “kurangi lagi dong ,mas, 45 boleh ya?” “waduh gak bisa mbak, kalau mau ya yang gak ori, Cuma sekitar 30 ribu”. Kegalauan ku ditambah waktu ashar yang sudah hampir datang akhirnya berbuah dengan pengambilan buku Ippo Right.

Ketika berjalan melewati beberapa toko di kawasan Shopping Centre, penyakit wanitaku kambuh, seakana tak rela kalau balik ke kost dengan tanpa cahaya langit, aku pun bertanya ke beberapa toko, adakah yang menjual Novel idamanku tersebut?  Beberapa toko mengatakan kosong dan habis. Sampailah aku di toko yang aku pun tak tau namanya, ketika bertanya, adakah novel idaman? Lalu bapaknya mengatakan ada, “ini ori pak?”, tanyaku. Dengan enteng, bapaknya menjawab “Enggak dong mbak”, “harganya berapa pak?” “45 ribu mbak”, “25 ribu ya pak”, “enggak bisa mbak”. Berbekal kemampuan unggul yang dimiliki mayoritas kaum hawa, kegigihan dalam menawar, maka buku tersebut berhasil ku bawa dengan harga 25 ribu. Dengan riang dan senyum sumringah, aku pun berjalan menuju mushala terdekat. 

Menunggu adzan, iseng kubuka plastik buat ngebaca sebagian isi novel idaman. Baru beberapa halaman dibaca, terbersit kekecewaan yang mendalam. Bayangkan, kertasnya begitu memprihatinkan, belum lagi gambarnya itam putih, cirri khas buku (non) ori. Akhirnya aku memutuskan, untuk shalat dulu, lalu mencoba berbagai cara untuk menukar buku tersebut dengan buku (beneran) ori.

Setelah ashar, dengan hati harap2 cemas, aku melangkahkan kaki ke toko yang tidak kuketahui namanya tersebut, dan mencoba bertanya kebapaknya, apakah boleh menukar buku tersebut dengan yang ori. Awalnya bapaknya keukeuh setuju ra gelem. Pertama selain bapaknya gak punya buku ori, diapun merasa keberatan berhubung plastinya sudah dibuka. Aku pun keukeuh juga melakukan berbagai cara, akhirnya, aku berterima kasih kpd kemampuan wajah memelasku. Bapaknya mau dan rela bukunya dibalikin,   aku pun tau diri, aku kasih bapaknya buku novel idaman (non) ori tersebut plus 10 rebu. Sedangkan bapaknya ngasih aku 25 ribu. 

Aku pun kembali lagi ke toko awal, masnya tersenyum, seolah mengatakan “gue juga bilang apa mbak?, senyumnya seolah juga mengisyaratkan agar sedari awal aku membeli 3 buku ditoko nya. Dengan kerelaan hati, aku pun membeli novel idaman (beneran) ori tersebut dengan harga 55 ribu plus bonus disampulin! 

Moral story : ketika akan membeli novel idaman, jangan sekali2 membeli yg (non) ori. Tetapi kalau untuk diktat kuliah, kembali ke pilihan anda. :D.

1 comment: