Tuesday, 9 April 2013

Poligami. Alibi atau Solusi?


Poligami. Alibi atau Solusi?, why it became like that?. Tulisan ini terinspirasi dari tweet2nya bunda @asmanadia beberapa jam yang lalu. Siapa yang tak kenal bunda @asmanadia yang tak perlu dipertanyakan lagi kemampuan menulis dan sudah menelurkan puluhan buku, dan tak lain tak bukan  merupakan tokoh favoritku dengan ketangguhannya menjadi The Jilbab Traveler.

Bunda @asmanadia tadi malam tepatnya menulis di twitter dengan #poligami, dan langsung menimbulkan pro dan kontra, dimana kalangan yang pro, anda semua pasti sudah menebak sebagian besar dari kaum hawa. Sedangkan, kaum adam dengan segala kontranya pun tak kalah menarik. Mengapa topik #poligami ini selalu seakan tak ada habis-habisnya untuk diperdebatkan? Tak bosankah untuk mendebatnya? Apa saja memang keistimewaan tindakan kontrofersional tersebut? Dan bagaimana pula Islam rahmatan lil’alamin memandangnya? Ini memang topic yang selalu menarik untuk dibahas.

Saya rasa, tak lah perlu saya membahas detail tentang #poligami, anda semua dipastikan sudah mengetahui tentang hal tersebut. Ya! Anda benar! Pria yang memiliki istri lebih dari 1 itu lah yang dikenal dengan pelaku #poligami. Disini, sbg mahasiswa tingkat akhir *tidak ada hubungannya, saya mencoba untuk memandang dari kedua sisi. Apa yang dicari para pelaku #poligami? Dan mengapa dia melakukan hal tersebut? 

Sebagai mahasiswa, jika ingin membuat kesimpulan, saya memang dituntut untuk menunjukkan data yang bersifat valid (karena saya mahasiswa Kedokteran Hewan, hal tersebut berhubungan dengan epidemiologi, silahkan googling sendiri, :D), tapi, cukuplah beberapa bukti terdekat dari keluarga saya tersebut menjadi data yang valid. Data “valid” yang saya dapatkan ini juga berawal dari obrolan mesra dengan sepasang bidadari surga (re : buya dan umik) serta 5 orang adik ku. Ya, kami semacam membuat konferensi meja bundar di sudut favorit rumah kami di Medan (saya lupa tepatnya kapan, sekitar Agustus-September 2012), dan entah dari mana asalnya topic #poligami pun tiba-tiba saja lahir dalam obrolan mesra kami. 

Buyaku Ganteng, (special panggilan utk lelaki terhebatku) menceritakan kepada kami semua tentang moral dan pesan hidup, yang langsung saja aku pun tertarik dan memasang tampang serius. Sebelum memasuki topic tersebut, terlebih buyaku menceritakan lelucon lucu diskusi tentang pelaku #poligami. “kenapa kau punya binik lebih dari 1?” “karena aku mengikuti sunnah rasul” “memangnya kau yakin sunnah-sunnah yang lain sudah diamalkan dengan baik?, mengapa harus memilih #poligami?” “ya karena aku kan cinta Nabi, bla,  bla, bla*plus alasan lain untuk membenarkan tindakannya tersebut” . Mungkin karena lelah untuk meyakinkan bahwa ada lebih banyak lagi sunnah Nabi yang lebih utama untuk diamalkan, temannya pun menjawab “itu kan Nabi, sedangkan kau? Babi! Astagfirullah” tak diragukan lagi, meledak lah perut kami karena tertawa terbahak-bahak.
Leucon di atas tak lah perlu dikaji dengan serius, tapi terdapat makna yang dalam dari dialog terakhir, semisal ada yang tersinggung dengan pengandaiannya, mohon jangan langsung dendam kepada saya, tapi cobalah untuk menarik makna dari kata-kata (kejam) di atas. Kemudian, buyaku pun menceritakan para pelaku #poligami yang (hampir tidak ada) mengalami kesuksesan dunia. Tak main-main, buyaku pun memberikan contoh kehidupan alm.kakek ku (ayah nya buyaku) yang juga terdaftar sebagai elaku #poligami. Betapa hebatnya perjuangan Almh. Eninku (ibunya buyaku, yang merupakan istri kedua) dalam mengarungi bahtera rumah tangga dengan alm.kakek. Alhamdulillah, Allah SWT memberi kemudahan utk almh. Enin utk tetap bertahan dan sangat survive tersebut. Dan memang tidak dipungkiri alm. Kakekku yang merupakan pendiri Universitas Islam tertua di Sumatera (UISU : Universitas Islam Sumatera Utara) pun mengalami betapa susahnya mempunyai istri lebih dari satu. Dan segenap contoh – contoh pelaku #poligami  sendiri yang berasal dari teman-teman dekat buyaku, bahkan anggota keluarga buyaku sendiri. Sampai akhirnya satu pesan moral keluar dari lidah umikku, “sudah begitu banyak pelajaran, semua tergantung kita, memang kalau mempunyai istri lebih dari satu, hidup 98% akan kacau”

Tak ada niat sama sekali dari tulisan ini untuk menceritakan aib keluarga besarku, tapi aku rasa jika ini bisa dijadikan pelajaran berharga, kenapa tidak? Toh, berbagi dengan yang lain juga akan mendapatkan nilai ibadah. benar begitu? :)

Sudahkah kita yakin? Amalan-amalan yang lebih utama seperti mengajak kepada kebaikan dan shalat 5 waktu ontime benar-benar dilaksanakan? Atau bersedakah dan menyantuni fakir miskin sudah dilaksanakan dengan sering, tidak hanya menjelang idul fitri saja? Sehebat itukah amalan anda wahai pelaku #poligami yang katanya mengikuti jejak perbuatan Nabi SAW tetapi malah mengabaikan amalan-amalan yang Allah SWT kecam jika kita tidak melaksankannya?. Adakah #poligami hanya menjadi suatu alibi untuk menyembunyikan alasan dibalik kebosananmu terhadap istrimu dan menghalalkan hawa nafsumu? Silahkan dijawab dengan hati yang tenang. 

Akan berkahnya suatu rumah tangga, jika kedua pihak saling mengerti akan kebutuhan masing-masing belahan jiwanya. Seperti istri yang terampil menyenangkan suami dengan melakukakan perawatan-perawatan yang secara alami menjaga kecantikannya, atau Suami yang selalu takut akan murka Allah SWT dengan cara selalu menyenangkan dan membimbing istrinya dengan penuh cinta menuju RidhaNya dan tidak mencari-cari cara untuk menghalalkan hawa nafsunya selain dengan istrinya yang sah. Banyak cara lain yang memang untuk mempertahankan rumah tangga harus dilakukan dengan kerjasama yang kompak antara pelaku rumah tangga tersebut. Dan sekedar pengingat dari seorang mahasiswa belia ini, sungguh banyak jejak Nabi SAW yang lebih mulia untuk dilakukan tanpa melakukan #poligami. Kalau anda sehebat Nabi SAW dalam segala hal dan bisa berlaku adil dan melakukan #poligami untuk menolong (ini pun alasannya harus lah bisa diterima dengan akal sehat ya, :D) maka silahkan saja anda melakukan #poligami. Toh ini hidup anda. Siapa yang berhak atas hidup anda selain anda sendiri? :)
 
Akhir kata, yang benar dari Allah SWT , yang salah pasti dari saya. Mohon maaf jika ada kata-kata yang barangkali menimbulkan gundah di hati. Salaam.

No comments:

Post a Comment