Poligami. Alibi atau
Solusi?, why it became like that?. Tulisan ini terinspirasi dari tweet2nya
bunda @asmanadia beberapa jam yang lalu. Siapa yang tak kenal bunda @asmanadia
yang tak perlu dipertanyakan lagi kemampuan menulis dan sudah menelurkan
puluhan buku, dan tak lain tak bukan
merupakan tokoh favoritku dengan ketangguhannya menjadi The Jilbab
Traveler.
Bunda @asmanadia tadi
malam tepatnya menulis di twitter dengan #poligami, dan langsung menimbulkan
pro dan kontra, dimana kalangan yang pro, anda semua pasti sudah menebak
sebagian besar dari kaum hawa. Sedangkan, kaum adam dengan segala kontranya pun
tak kalah menarik. Mengapa topik #poligami ini selalu seakan tak ada
habis-habisnya untuk diperdebatkan? Tak bosankah untuk mendebatnya? Apa saja
memang keistimewaan tindakan kontrofersional tersebut? Dan bagaimana pula Islam
rahmatan lil’alamin memandangnya? Ini memang topic yang selalu menarik untuk
dibahas.
Saya rasa, tak lah
perlu saya membahas detail tentang #poligami, anda semua dipastikan sudah
mengetahui tentang hal tersebut. Ya! Anda benar! Pria yang memiliki istri lebih
dari 1 itu lah yang dikenal dengan pelaku #poligami. Disini, sbg mahasiswa
tingkat akhir *tidak ada hubungannya, saya mencoba untuk memandang dari kedua
sisi. Apa yang dicari para pelaku #poligami? Dan mengapa dia melakukan hal
tersebut?
Sebagai mahasiswa, jika
ingin membuat kesimpulan, saya memang dituntut untuk menunjukkan data yang
bersifat valid (karena saya mahasiswa Kedokteran Hewan, hal tersebut
berhubungan dengan epidemiologi, silahkan googling sendiri, :D), tapi, cukuplah
beberapa bukti terdekat dari keluarga saya tersebut menjadi data yang valid.
Data “valid” yang saya dapatkan ini juga berawal dari obrolan mesra dengan
sepasang bidadari surga (re : buya dan umik) serta 5 orang adik ku. Ya, kami
semacam membuat konferensi meja bundar di sudut favorit rumah kami di Medan
(saya lupa tepatnya kapan, sekitar Agustus-September 2012), dan entah dari mana
asalnya topic #poligami pun tiba-tiba saja lahir dalam obrolan mesra kami.
Buyaku Ganteng,
(special panggilan utk lelaki terhebatku) menceritakan kepada kami semua
tentang moral dan pesan hidup, yang langsung saja aku pun tertarik dan memasang
tampang serius. Sebelum memasuki topic tersebut, terlebih buyaku menceritakan
lelucon lucu diskusi tentang pelaku #poligami. “kenapa kau punya binik lebih
dari 1?” “karena aku mengikuti sunnah rasul” “memangnya kau yakin sunnah-sunnah
yang lain sudah diamalkan dengan baik?, mengapa harus memilih #poligami?” “ya
karena aku kan cinta Nabi, bla, bla,
bla*plus alasan lain untuk membenarkan tindakannya tersebut” . Mungkin karena
lelah untuk meyakinkan bahwa ada lebih banyak lagi sunnah Nabi yang lebih utama
untuk diamalkan, temannya pun menjawab “itu kan Nabi, sedangkan kau? Babi!
Astagfirullah” tak diragukan lagi, meledak lah perut kami karena tertawa
terbahak-bahak.
Leucon di atas tak lah
perlu dikaji dengan serius, tapi terdapat makna yang dalam dari dialog
terakhir, semisal ada yang tersinggung dengan pengandaiannya, mohon jangan
langsung dendam kepada saya, tapi cobalah untuk menarik makna dari kata-kata
(kejam) di atas. Kemudian, buyaku pun
menceritakan para pelaku #poligami yang (hampir tidak ada) mengalami kesuksesan
dunia. Tak main-main, buyaku pun memberikan contoh kehidupan
alm.kakek ku (ayah nya buyaku) yang juga terdaftar sebagai elaku #poligami.
Betapa hebatnya perjuangan Almh. Eninku (ibunya buyaku, yang merupakan istri
kedua) dalam mengarungi bahtera rumah tangga dengan alm.kakek. Alhamdulillah,
Allah SWT memberi kemudahan utk almh. Enin utk tetap bertahan dan sangat
survive tersebut. Dan memang tidak dipungkiri alm. Kakekku yang merupakan
pendiri Universitas Islam tertua di Sumatera (UISU : Universitas Islam Sumatera
Utara) pun mengalami betapa susahnya mempunyai istri lebih dari satu. Dan
segenap contoh – contoh pelaku #poligami
sendiri yang berasal dari teman-teman dekat buyaku, bahkan anggota
keluarga buyaku sendiri. Sampai akhirnya satu pesan moral keluar dari lidah
umikku, “sudah begitu banyak pelajaran, semua tergantung kita, memang kalau
mempunyai istri lebih dari satu, hidup 98% akan kacau”
Tak ada niat sama
sekali dari tulisan ini untuk menceritakan aib keluarga besarku, tapi aku rasa
jika ini bisa dijadikan pelajaran berharga, kenapa tidak? Toh, berbagi dengan
yang lain juga akan mendapatkan nilai ibadah. benar begitu? :)
Sudahkah kita yakin?
Amalan-amalan yang lebih utama seperti mengajak kepada kebaikan dan shalat 5
waktu ontime benar-benar dilaksanakan? Atau bersedakah dan menyantuni fakir miskin
sudah dilaksanakan dengan sering, tidak hanya menjelang idul fitri saja?
Sehebat itukah amalan anda wahai pelaku #poligami yang katanya mengikuti jejak
perbuatan Nabi SAW tetapi malah mengabaikan amalan-amalan yang Allah SWT kecam
jika kita tidak melaksankannya?. Adakah #poligami hanya menjadi suatu alibi
untuk menyembunyikan alasan dibalik kebosananmu terhadap istrimu dan
menghalalkan hawa nafsumu? Silahkan dijawab dengan hati yang tenang.
Akan berkahnya suatu
rumah tangga, jika kedua pihak saling mengerti akan kebutuhan masing-masing
belahan jiwanya. Seperti istri yang terampil menyenangkan suami dengan
melakukakan perawatan-perawatan yang secara alami menjaga kecantikannya, atau
Suami yang selalu takut akan murka Allah SWT dengan cara selalu menyenangkan
dan membimbing istrinya dengan penuh cinta menuju RidhaNya dan tidak
mencari-cari cara untuk menghalalkan hawa nafsunya selain dengan istrinya yang
sah. Banyak cara lain yang memang untuk mempertahankan rumah tangga harus
dilakukan dengan kerjasama yang kompak antara pelaku rumah tangga tersebut. Dan
sekedar pengingat dari seorang mahasiswa belia ini, sungguh banyak jejak Nabi
SAW yang lebih mulia untuk dilakukan tanpa melakukan #poligami. Kalau anda
sehebat Nabi SAW dalam segala hal dan bisa berlaku adil dan melakukan #poligami
untuk menolong (ini pun alasannya harus lah bisa diterima dengan akal sehat ya,
:D) maka silahkan saja anda melakukan #poligami. Toh ini hidup anda. Siapa yang
berhak atas hidup anda selain anda sendiri? :)
Akhir kata, yang benar
dari Allah SWT , yang salah pasti dari saya. Mohon maaf jika ada kata-kata yang
barangkali menimbulkan gundah di hati. Salaam.
No comments:
Post a Comment